Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2012

setelah mengelilingi faperta......

Mau berbagi cerita nih.. Dimulai dari telfon yang masuk kemarin, dari Fuad, menejer Club Pecinta Kakao,'Sahabat Kakao'...Intinya mah, minta tolong temuin pak Ade, dosen pembimbing club, untuk mengambil surat perizinan fieldtrip ke Bandung. Oke, karena kebetulan aku juga hari ini kosong, aku terima permintaan itu. Jam 8 teng-teng, aku udah berada di depan ruangan pak Ade. Eh, ruangannya kosong. Okelah, nunggu dulu. 41 menit kemudian, aku mulai gak betah, bapaknya belum nongol, di sms gak di bales. Akhirnya, datang juga satu sms yang ku tunggu, dari  pak Ade, memberitahukan kalau  beliau lagi ada acara jadi janjiannya di undur jam 9.45.. Sambil menarik nafas panjang, aku beranjak ke kosan...Kulanjutkan merajut hingga 1 jam kemudian, aku lupa waktu. Dengan berlari-lari aku kembali ke kampus. Mendapati kursi kosong didepan ruangan pak ade. Dan ternyata, ruangannya juga masih kosong. Aku tunggu lagi 40 menit. Waktu seolah bergerak perlahan. Lamaaaa banget. Bapaknya kemudian m

rasa sepi di malam-malamku

sepi? ya, disini sepi, meski tak sepenuhnya masih ada suara jangkrik diluar, juga deru motor dikejauhan tapi tetap saja, aku merasa sendiri disini dipojok kamar, aku hanya bisa berfikir, membayangkan kehidupan luar terlebih jika malam semakin beranjak kepuncaknya ketika jutaan mimpi terus menggoda ketika penyesalan itu datang menghantui bahkan air mata darahku tak mampu mengobati selalu waspada akan rencana takdir dan aku, hanya menjalani. disaat-saat sepi begini, siapa yang ku ingat? masa depan? janji-janji kehidupan yang selalu ditulis tere-liye? keluarga? kerabat yanag akan kutemui ditanah rantau seperti novel negeri 5 menara? tidak. bukan itu. aku selalu ingat penyesaslan itu, malam dimana semua benar-benar berubah malam dimana aku hampir kehilangan segalanya. dan tangis dimalam itu, masih ada disini. pun dimalam-malam aku sendiri. perasaan ini. perasaan sendiri. perasaan sepi yang selama ini ku jalani selalu mengingatkanku untuk pulang karna sungguh, tak ada tempat sen

berawal dari cinta #2

  Cinta?   Untuk perasaan yang satu ini, patut aku belajar dari mu. Belajar untuk mengerti seperti apa memilikinya, mempertanggungjawabkannya dan tentu menjaganya. Katanya dulu, ketika aku masih belasan tahun (sekarang udah mau kepala dua), aku tak boleh main-main dengan perasaan ini. Segitu berbahayakah? Dulu juga katanya, ketika aku masih hobi lari-lari, kejar-kejaran, aku tak kan mampu mengendalikan perasaan itu. Segitu liar kah? Masih dulu, dulu sekali, ketika aku dengan terang-terangan berkata, " Ibu, aku suka...."..Ibu bilang, jangan dulu. Ya, sekarang, aku bukan yang dulu. Aku bukan lagi cewek yang merengek-rengek mempertanyakan kenapa aku tak boleh pacaran. Memasang tampang iri ketika teman-teman memiliki pasangan. Aku yang lugu, tapi tetap patuh, menurut perintah.  TIDAK BOLEH PACARAN. Puber. Masa kritis seseorang yang beranjak dewasa. Itu aku. Bersungut-sungut di belakang pintu karena tak diizinkan pergi main dengan teman laki-laki. Ayah ku den

gentan ~ liburan

oke, saat nya bercerita... ucapkan Alhamdulilaah....makasih banyak ya Allah... di minggu-minggu yang kurasa cukup berat ini, ternyata semua bisa dilalui dengan senyuman. yup, minggu-minggu Ujian Akhir Semester di IPB.. meskipun besok tetap masih ada ujian, tapi perasaanku udah lega rasanya, terutama setelah menghadapi Genetika Tanaman (gentan), salah satu mata kuliah mayor ku yang menjadi dasar untuk mata kuliah-mata kuliah selanjutnya. berkutat dengan buku gentan selama dua hari ini, menyadarkan ku tentang kelemahan yang selama ini ku hadapi dalam belajar. prinsipnya, aku bukan gak bisa hitung-hitungan sebagaimana yang aku kira, bahkan lebih dari itu, aku mengalami kesulitan dalam pelajaran yang gak riil. gak cuma matematika, kalkulus, atau fisika, genetika tanaman pun sulit ku cerna. gimana ya caranya, membayangkan sesuatu yang belum pernah kulihat? membayang kan hal rumit yang ukurannya diluar ambang batas penglihatan ku? sebenarnya, kemampuan dalam mencerna pelajaran itu, dipeng