Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Pahlawan

Biarlah kamu menjadi hero di mata orang lain. Seseorang tangguh yang tiada cacat berkekurangan. Namun tetap lah menjadi pahlawan di hadapanku. Pahlawan dengan sakitnya, dengan air mata, dengan pengakuan kelemahan. Karena sejatinya tiada yang sempurna. Sesakit apa, sesulit apa, sehebat apa, ia tetaplah pahlawan yang disyukuri keberadaannya. Biarlah sakit dan susah itu ada, hanya di hadapanku. 

Syukur

Untuk orang-orang yang menghadiahi pagi dengan kasak-kusuk persiapan, berdandan, lupa sarapan, berlarian mengejar kendaraan. Apakah yang lebih menyebalkan daripada macetnya jalanan? Untuk orang-orang yang bertemu malam dengan badan keletihan, setumpuk pekerjaan yang tersisakan dengan pikiran besok tetap tak ada harapan. Adakah yang lebih membosankan daripada pertarungan jalanan? Ya. Semua mampu terurai dalam keluh kesah. Semua membayang nyata dalam gurat wajah. LELAH. Aku merasakannya. Aku ada di antara mereka. Menikmati drama kehidupan dari perjalanan dan silih berganti kendaraan. Membosankan memang. Namun, adakah yang bosan ketika ia sadar, bahwa ribuan orang diluar sana menginginkan aktivitas paginya. Bekerja. Bersosialisasi. Melakukan sesuatu. Adakah yang bosan ketika ia menikmati senja di perjalanan, mensyukuri rahmat Tuhannya, kadang ditemani rinai hujan, bahwa ia bisa pulang, bertemu yang dicinta, bersapa bersama keluarga. Syukur adalah nikmat atas pengusahaan rezeki.

Pertemuan

Apa arti pertemuan bagimu? Apakah bertemunya mata dengan mata? Atau mengalirnya cerita tentang perjalanan panjang kemarin? Bagiku, pertemuan lebih dari itu. Pertemuan adalah perekat, hati yang mungkin pernah kecewa. Ia adalah pemanis untuk senyum yang sempat pudar. Juga mendekatkan rasa yang renggang karena kebisingan. Setelahnya, pertemuan memberiku kekuatan untuk kembali pada kenyataan, bahwa pertemuan dengan mu begitu berharga, bahwa ia hanya terjadi seketika, hitungan dua atau tiga. Pada akhirnya, pertemuan adalah takdir. Kita rencanakan, namun Allah yang tentukan. Bila pertemuan adalah ketentuan, masihkah kau setia disana menunggunya? 

Pengulangan

Aku menginginkan senja itu berulang. Diterpa sepoi angin dan sentuhan butir gerimis kecil. Sejuknya merambat pori, membawa dingin hingga ke hati. Aku menginginkan detak waktu itu berulang. Di antara percakapan sederhana dan tingkah tawa yang menggantung di udara. Membuhul seutas senyum, menghantarkannya ke memori.  Aku menginginkan perjalanan itu berulang. Lantas tersadar, tak pernah ada pengulangan yang sama. Juga rasa. 

Kekhawatiran

Kekhawatiran adalah sebentuk rasa, yang entah bagaimana mampu mengubah sekulum senyum menjadi kecut cemberut. Ia adalah penampakan paling sederhana dalam kepedulian. Yang sering kali dengannya terlahir ekspresi anomali. Gerak aktif mondar-mandir berpikir, tidur gulang-guling tanda gelisah, bahkan derai air mata ketika kekhawatiran itu menemukan jawaban- pun bila jawaban itu melegakan.  Rasa itu, murni, tak perlu di ada-ada karena ia bukan sesuatu yang pasti diharapkan. Rasa itu tak usah dipakai mencari muka, biarkan saja apa adanya.  Kekhawatiran, kemudian akan menentukan seberapa berharga, seberapa besar arti dia, seberapa peka kamu atasnya. Pada akhirnya, Kekhawatiran adalah sebuah rasa yang aku bangga memilikinya, tanda ada kamu disekian mili penglihatanku. Selalu.

Orang baik

Adalah anugerah yang patut, sangat patut disyukuri, bertemu dengan mereka yang luar biasa. Siapa? Mungkin bukan siapa-siapa bagi orang lain, tapi sangat berarti bagi hidupku. Mereka yang hadir menggambar, mewarnai dan membingkai rasaku dalam wujud cerita. Mereka yang entah bagaimana caranya Allah hadirkan mengisi rongga-rongga hampa yang tersisa dari keluh kesahku, airmata, dan kesedihan hingga semua berakhir tawa dan sebait cerita bahagia. Mereka hadir, tidak lantas menjadikanku orang baik, cerdas atau perasa. Namun, aku belajar itu semua dari mereka. Menjadi 'gila' untuk melupakan sedikit beban. Merasa dewasa untuk mencari hikmah dibalik kejadian, dengan sedikit nasehat tentunya. Untuk orang sesantai diriku, kehadirannya adalah cambuk yang mengingatkan untuk meng-upgrade diri, memenuhi hari dengan ilmu, mengembangkan cita-cita, belajar disiplin dan banyak hal lain yang dulu begitu sulit aku lakukan. Lagi-lagi, bersama hujan yang hampir selalu hadir di kota ini, aku menem