Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Bolehkah?

Bila esok aku sudah tiada. Aku ingin dunia memaafkanku. Atas lemahku, atas kurangku, atas khilafku. Bolehkah masih ada satu saja manusia mengingat siapa aku. Merindukan kehadiranku. Agar aku selalu ada, dalam kefanaan cerita. Bila nanti kita tak lagi bertatap muka. Boleh kah, kau tetap tersenyum menyebut satu nama. Mengingat masa kita menyulam cerita. Mungkin bersamaku hanya ada air mata, mungkin denganku tiada arti apa-apa. Bolehkah kupinta ketulusanmu dalam doa? Setidaknya satu lirih yang menggumam rindu untukku. Mungkinkah kamu? #25 dalam cinta, dalam cerita

Menunggu

Sebermakna apa kata menunggu bagimu? Tidakkah semahal waktu, seberharga setengah hidup dalam detak dan detik? "Beri aku waktu", katamu. Lagi. Kamu ulangi berkali-kali, dalam lirih. Dalam ketidakberdayaan yang akupun tak mampu mencari tau. Sungguh kamu terlupa. Bukankah selama ini aku menunggu? Memberimu waktu? Menahan rindu. ..dan aku, mengangguk setuju atas pintamu. Lagi. Demikian, asalkan kamu tetap bertahan. Dalam hitungan yang panjang, aku percaya, sekalipun jalan akan bertemu dengan ujungnya. Sekalipun lelah, akan bertemu tempat istirahat. Sekalipun jauh, akan bersatu dalam taat. ..dan seberharga dunia yang aku punya, menunggumu, tak akan pernah sia-sia bukan? Sampaikan saja pada sepoi angin dan rinai hujan, dimana aku mengeja rasa dalam doa. Insyaallah kita bertemu disana.

Ber(harga) Sebuah Pertemuan

"Ummi, apakah sabar itu menunggu, atau berbuat sesuatu?" "Sabar itu ananda, adalah kata kerja. Ia adalah hasil setiap usaha. Maka lakukan dulu, lalu ikhlaskan. Itulah sabar." Hari ini, aku lakukan usaha atas sabarku. Aku lakukan hal-hal yang dulu masih sebatas bermuara di rencana. Dan sungguh Allah, pemegang setiap kuasa. Pada usaha pertama, aku terluka. Lantas kembali aku mencoba. Dengan harapan yang sama, dengan rasa yang sama, dengan doa yang tidak biasa. Maka nyatalah. Usahaku di perkenankan-Nya. Ini lah sabar. Ber(harga) sebuah pertemuan.

Alunan

Alunan musik ini.. Berkecipak di tanah Berdentang-dentang menyapa atap. Aku masih rindu Meski telah kudengarkan berkali-kali. Alunan gemericik Dan semilir angin yang mengisi udara Bersama ketenangan dan rasa yang sukar lupa Aku menginginkannya, mengaliri ujung jari hingga ke hati Aku lagi lagi terlena Alunan suara hentak dan rambat Lembut menyentuh gendang telinga Tertata dalam melodi sederhana Sekali cepat kadang melambat Mengutuhkan rindu Menjelma dalam temu *Padamu, satu wajah itu..