Langsung ke konten utama

berawal dari cinta #2

 
Cinta?  
Untuk perasaan yang satu ini, patut aku belajar dari mu. Belajar untuk mengerti seperti apa memilikinya, mempertanggungjawabkannya dan tentu menjaganya.
Katanya dulu, ketika aku masih belasan tahun (sekarang udah mau kepala dua), aku tak boleh main-main dengan perasaan ini. Segitu berbahayakah?
Dulu juga katanya, ketika aku masih hobi lari-lari, kejar-kejaran, aku tak kan mampu mengendalikan perasaan itu. Segitu liar kah?

Masih dulu, dulu sekali, ketika aku dengan terang-terangan berkata, " Ibu, aku suka...."..Ibu bilang, jangan dulu.
Ya, sekarang, aku bukan yang dulu. Aku bukan lagi cewek yang merengek-rengek mempertanyakan kenapa aku tak boleh pacaran. Memasang tampang iri ketika teman-teman memiliki pasangan. Aku yang lugu, tapi tetap patuh, menurut perintah. 
TIDAK BOLEH PACARAN.

Puber. Masa kritis seseorang yang beranjak dewasa. Itu aku. Bersungut-sungut di belakang pintu karena tak diizinkan pergi main dengan teman laki-laki. Ayah ku dengan tegas berkata,
TAK BOLEH KEMANA-MANA.

Itu aku yang cemberut sepanjang hari karena tak diberi uang untuk pergi main. 
SEPESER PUN TIDAK.

Itu juga aku, yang diam-diam sms-an didalam kamar, senyum-senyum sendiri mendapat balasan sms darinya. jangan kira ibu ku tak tau. Lantas kenapa tak ada teguran?
ITU AKU, DI USIAKU 17 TAHUN, DULU..

Kemudian, dikehidupanku berikutnya, silih berganti cerita cinta itu datang. Mulai dari dia, sahabatku dengan kisah pacaran semunya, juga dari mereka yang teman-temanku yang dikhianati pacarnya, dimanfaatkan lantas berkorban uang, harga diri bahkan perasaan. 

 Tapi tetap, satu yang istimewa, yaitu kisah ia yang tertutup perasaannya, ia yang terjaga dan menjaga cintanya, ia yang setia dan mengajariku kesetiaan. Dia, ibuku, yang tak mengizinkan ku pacaran, tapi tak pernah melarang ku jatuh cinta. Karena ia percaya, anak nya ini bisa, mengerti dengan sendirinya, mana cinta yang benar, mana cinta yang salah. Dan kini, 
AKU TENGAH BELAJAR.

Larangan-larangan itu, kini ku mengerti, kini aku terima bahkan aku bersyukur mendapatkannya.
Patutlah ku ucap terima kasih, untuk:
Orang tuaku yang mengajarkan itu
dan semua berawal dari cinta.



pondok assalamah, dengan plang nama barunya..

langit yang berkabut cerah, dengan tingkah indah rintik hujan...
dimasa-masa menjelang liburan...

Alhamdulillah...

Komentar

  1. subhanallah sekali, mbak.. ^^

    BalasHapus
  2. waaahh, sekar...makasih...ini sekar PTN kan?

    BalasHapus
  3. assiiiiikk si tika.....cckkc subhanallah yaahhh

    BalasHapus
  4. eehhh, si takbiratul ihram...apanya yang subhanallah...? ngledek yaaa???

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

ayah, aku rindu

udah ku bilang, beberapa hari ini aku begitu rindu pada ayah... jadi mending aku cerita aja disini tentang ayahku... ayahku, ayah yang sederhana...tamat SMP pun gak...tapi bukan berarti ayahku bodoh...dibandingkan dengan teman-temannya, ayahku termasuk orang pintar, terutama dalam hal hitung-hitungan...lantas, kenapa ayahku gak lulus SMP? begini ceritanya kawan.. ayahku, adalah anak laki-laki yang dilahirkan dari keluarga 'keras'...ya, kakek dan nenekku orang yang tegas. dari kecil ayah dididik untuk mencari uang sendiri...dari kelas 3 SD, ayah sudah belajar membuat pukat dan memangkap ikan...uang sekolah, jajan dan makan, harus ditanggung sendiri...kadang kala, ayah juga harus membiayai saudara-saudara perempuannya yang masih sekolah..karena itulah, ayah jarang masuk sekolah, sering membolos...tapi nilai ayah gak jelek-jelek amat... sebagai anak danau, ayah sering melanggar peraturan sekolah...pake sandal kesekolah, gak pake seragam, gak pake tas, hanya punya s...

Menjadi Emak Zaman Now

Beberapa waktu lalu, aku membaca status seorang teman. Dalam tulisannya, beliau menanyakan "Mengapa rasanya, menjadi ibu di zaman ini repot sekali, padahal orang tua beliau (dengan anak banyak) tidak pernah terlihat seriwet itu". Beberapa orang kemudian mengomentari status tersebut, mengemukakan beberapa alasan dan pendapat yang menarikku pada sebuah kesimpulan, "...karena zamannya berbeda". Di masa sekarang ini, di mana aku dan banyak perempuan lain bertumbuh, teknologi semakin memperkokoh perannya. Kran informasi dibuka lebar. Arusnya menggoyahkan kesadaran orang-orang untuk lebih tau. Pengetahuan senyatanya menjadi milik bersama. Hal itu lah yang menuntut ibu-ibu di zaman ini harus aktif dan belajar lebih, termasuk para perempuan luar biasa di Grup Shalihah Motherhood. Dalam percakapan seminggu ini, ada tiga topik yang menarik hatiku. Pertama, ketika Mba @seztifa membagikan info mengenai Berbagi Lokasi Melalui Maps. Hal ini mempermudah istri mengetahui lokasi ...

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,...