Langsung ke konten utama

Mengenang Kenangan....


 
Berdiri di atas ketinggian.
Mendongakkan pandangan jauh mengangkasa.
Terpekur menatap puluhan kaki-kaki yang menapak pada kegetiran.

Ritual sore ini, rintik-rintik hujan mengalirkan molodi di udara.
menyapa atap, menyapa ranting, singgah sebentar di ujung daun.
Semua sempurna, untuk satu kata. Rindu.
yang teduh menyelimuti hati,
Diam-diam bergelayut di pokok-pokok kenangan.
tentang ayah, tentang ibu, adik-adik dan keluarga kecilku dulu.

Dulu sekali, ketika langkahku masih ditatah satu satu.
Ketika tumpukan bantal membantuku melihat ibu menjemur baju dari jendela kayu.
Saat aku dan adikku berbodong-bongong menuju tepian danau, jogkok berdiri memandangi permukaan danau yang berasap. Enggan mandi.

Dulu itu, aku tak pernah mengerti arti kata rindu. Ku biarkan adikku menangis, ibu berteriak-teriak mengomeli. Pulang-pulang dengan mata merah, tepat saat mentari mengucap salam berpisah, habis menyelam mencari ikan. Malas belajar, memilih nonton kartun atau sekedar menyanyi bersama ayah dalam kelam, hitam, tatkala lampunya padam.

Senja yang berangin. Sepoi-sepoi mengantarkan tawa pada udara. Kepak burung-burung menghiasi langit jingga. Daun-daun gugur. Sejuk berhembus dari gunung. Saatnya tiba. Ambil mukena, terompah capal, kaki-kaki kecil biarkan berlari, berlari, berlari. Tertawa. Berwudhu ditepian. Berbaris rapi, mengikut imam membaca alfatihah. Khusyuk mengadu, doa ibu bapak. Khusyuk meminta, rizki lancar biar bertambah uang jajan. Setelah semua disebutkan, ambil langkah seribu, berlari, jalan kaki menuju tempat mengaji, alif.. ba..ta..  :')
(atika yang lincah, hitam, dekil, nakal, dan disayang)

** 
Ini bukan sinetron, bukan film apalagi komedi. Namun episode-episodenya kadang memang terasa berlebihan. Menghadirkan sakit, tangis air mata. Mengubah hidup, diri, alur cerita. Berlabuh pada alur waktu, Hari Ini.
Kenangan-kenangan, hadir untuk dikenang. Tidak peduli pahit atau manis. Mendikte atau bercerita. Mengubah dia menjadi berbeda. 
Sudah lama sekali, belasan tahun berlalu. 

Apa dia sekarang?
Seseorang yang mengenang kanangan, mendongak kelangit luas, menapak di ketinggian, mengamati lalu lalang orang berjalan kaki, berkendara. Merindu masa-masa itu, bersama keluarga yang dulu ia sebut bahagia..Selalu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ayah, aku rindu

udah ku bilang, beberapa hari ini aku begitu rindu pada ayah... jadi mending aku cerita aja disini tentang ayahku... ayahku, ayah yang sederhana...tamat SMP pun gak...tapi bukan berarti ayahku bodoh...dibandingkan dengan teman-temannya, ayahku termasuk orang pintar, terutama dalam hal hitung-hitungan...lantas, kenapa ayahku gak lulus SMP? begini ceritanya kawan.. ayahku, adalah anak laki-laki yang dilahirkan dari keluarga 'keras'...ya, kakek dan nenekku orang yang tegas. dari kecil ayah dididik untuk mencari uang sendiri...dari kelas 3 SD, ayah sudah belajar membuat pukat dan memangkap ikan...uang sekolah, jajan dan makan, harus ditanggung sendiri...kadang kala, ayah juga harus membiayai saudara-saudara perempuannya yang masih sekolah..karena itulah, ayah jarang masuk sekolah, sering membolos...tapi nilai ayah gak jelek-jelek amat... sebagai anak danau, ayah sering melanggar peraturan sekolah...pake sandal kesekolah, gak pake seragam, gak pake tas, hanya punya s...

Menjadi Emak Zaman Now

Beberapa waktu lalu, aku membaca status seorang teman. Dalam tulisannya, beliau menanyakan "Mengapa rasanya, menjadi ibu di zaman ini repot sekali, padahal orang tua beliau (dengan anak banyak) tidak pernah terlihat seriwet itu". Beberapa orang kemudian mengomentari status tersebut, mengemukakan beberapa alasan dan pendapat yang menarikku pada sebuah kesimpulan, "...karena zamannya berbeda". Di masa sekarang ini, di mana aku dan banyak perempuan lain bertumbuh, teknologi semakin memperkokoh perannya. Kran informasi dibuka lebar. Arusnya menggoyahkan kesadaran orang-orang untuk lebih tau. Pengetahuan senyatanya menjadi milik bersama. Hal itu lah yang menuntut ibu-ibu di zaman ini harus aktif dan belajar lebih, termasuk para perempuan luar biasa di Grup Shalihah Motherhood. Dalam percakapan seminggu ini, ada tiga topik yang menarik hatiku. Pertama, ketika Mba @seztifa membagikan info mengenai Berbagi Lokasi Melalui Maps. Hal ini mempermudah istri mengetahui lokasi ...

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,...