Langsung ke konten utama

Ibunya Anak-Anak

Dalam sebulan ini, aku menjalankan amanah baru. amanah yang dulu nya jauh sekali dari bayanganku. Bahkan, tak pernah ada dalam catatan mimpi yang ingin aku gapai. Tapi begitulah,
"Sesuatu yang kita anggap baik, belum tentu baik bagi kita. Begitu juga hal buruk, bisa jadi itu yang tebaik untuk kita."
dan tentu saja, semua sudah diatur oleh Allah, semuanya kita sebut 'Skenario Terindah'...

Sekretaris umum BEM A, mendampingi orang-orang hebat dalam satu tahun kepengurusan. Awalnya, aku ragu, sangat ragu. Apa aku mampu? dan seperti biasanya, ada Mba Ifa, ada Wida dan Mba Denok yang meyakinkanku.  Kepercayaan. Ya, semua bermula dari sana. Satu kata ajaib, yang membuatku akhirnya berkata 'YA'.

Mba ku juga bilang, "Bukankah dengan posisi kamu bisa berbuat lebih untuk orang lain?" Kenapa harus ragu untuk berbuat baik?"
 Ah, ya. aku pikir, ini lah jalanku. 'Menjadi ibu bagi anak-anak', kata kak Ratih. Mba Ifa juga bilang gitu. Tugas utama dari sekretaris itu tidak hanya administrasi, tapi juga mengayomi. Menjadi penyeimbang dalam gerak kerja yang mungkin akan begitu melelahkan.

Kalau dibayangkan, masa-masa itu akan sangat menyenangkan, masa-masa itu akan berat terasa. Tapi siapa tahu, jalan seperti apa yang akan kita hadapi didepan, kalau kita sendiri gak mau bergerak maju?

Sekarang adalah bulan-bulan penguatan, bulan-bulan persiapan, perencanaan. Mau dibawa kemana? Akan seperti apa? Besar, Kecil. Biasa atau Luar biasa. Semuanya, butuh gambaran diawal. Dan dimana posisiku?

Aku disini, berusaha menjadi ada untuk kalian. Berharap kalian tidak perlu mencari. Berharap kalian bisa mendapatkan sesuatu. Berharap kalain bisa terkuatkan. Berharap apa yang aku lakukan sedikit banyak mengurangi beban kalian.
Semoga Aku Mampu Belajar Menjadi Ibu..

#aku selalu tersenyum mengucapkan kata-kata itu.. ^_^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ayah, aku rindu

udah ku bilang, beberapa hari ini aku begitu rindu pada ayah... jadi mending aku cerita aja disini tentang ayahku... ayahku, ayah yang sederhana...tamat SMP pun gak...tapi bukan berarti ayahku bodoh...dibandingkan dengan teman-temannya, ayahku termasuk orang pintar, terutama dalam hal hitung-hitungan...lantas, kenapa ayahku gak lulus SMP? begini ceritanya kawan.. ayahku, adalah anak laki-laki yang dilahirkan dari keluarga 'keras'...ya, kakek dan nenekku orang yang tegas. dari kecil ayah dididik untuk mencari uang sendiri...dari kelas 3 SD, ayah sudah belajar membuat pukat dan memangkap ikan...uang sekolah, jajan dan makan, harus ditanggung sendiri...kadang kala, ayah juga harus membiayai saudara-saudara perempuannya yang masih sekolah..karena itulah, ayah jarang masuk sekolah, sering membolos...tapi nilai ayah gak jelek-jelek amat... sebagai anak danau, ayah sering melanggar peraturan sekolah...pake sandal kesekolah, gak pake seragam, gak pake tas, hanya punya s...

Menjadi Emak Zaman Now

Beberapa waktu lalu, aku membaca status seorang teman. Dalam tulisannya, beliau menanyakan "Mengapa rasanya, menjadi ibu di zaman ini repot sekali, padahal orang tua beliau (dengan anak banyak) tidak pernah terlihat seriwet itu". Beberapa orang kemudian mengomentari status tersebut, mengemukakan beberapa alasan dan pendapat yang menarikku pada sebuah kesimpulan, "...karena zamannya berbeda". Di masa sekarang ini, di mana aku dan banyak perempuan lain bertumbuh, teknologi semakin memperkokoh perannya. Kran informasi dibuka lebar. Arusnya menggoyahkan kesadaran orang-orang untuk lebih tau. Pengetahuan senyatanya menjadi milik bersama. Hal itu lah yang menuntut ibu-ibu di zaman ini harus aktif dan belajar lebih, termasuk para perempuan luar biasa di Grup Shalihah Motherhood. Dalam percakapan seminggu ini, ada tiga topik yang menarik hatiku. Pertama, ketika Mba @seztifa membagikan info mengenai Berbagi Lokasi Melalui Maps. Hal ini mempermudah istri mengetahui lokasi ...

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,...