Langsung ke konten utama

kePURA-PURAan


Saya tahu, selama ini saya terlalu berpura-pura, seolah-olah tidak ada apa-apa. Tidak terjadi sesuatu pun yang nyatanya merubah hidup saya. ah, kepura-puraan. siapa sih didunia ini yang tidak pernah melakukannya?

berpura-pura menjadi orang baik, orang tulus, orang ceria, orang kuat, orang tanpa beban berarti. bahkan terkadang kita melakukannya, berpura-pura sakit, berpura-pura tersiksa, berpura-pura tidak punya.


aku tahu, ditahun-tahun ini, hidupku tak pernah 'baik-baik saja'. 

ketenangan, kedamaian, kenyamanan, kebahagiaan. seolah hanya kepura-puraan.


tuh kan, jadi ingat tentang ucapan salah seorang temanku, 'kamu itu palsu atika'. saat dia bicara seperti itu, aku marah, aku tak terima. bukan apa-apa. hanya saja dia benar. benar sekali. dan yang lebih menyakitkan, dia menyadarkanku akan hidupku sendiri. dia siapa? hanya teman yang baru aku kenal kemarin. begitu ketara kah kepura-puraanku? atau dia hanya menerka?

ingin rasanya aku tak jadi makhluk sosial. manusia apatis yang menarik diri dari lingkungannya, bersembunyi di gua paling gelap dalam hutan paling lebat. tidak kenal dengan mereka, teman, keluarga, rekan, apapun itu.  

atau, izinkan aku, memiliki kehidupan kecil bersama mereka. bercengkrama dengan sedikit kebahagiaan. tanpa tekanan, rong-rongan, atau kesedihan. katakanlah, aku butuh sedikit ruang untuk bernafas. tanpa keegoisan, tuntutan, kekanak-kanakan, tanpa pilihan, tanpa keputusan. untuk kehidupan yang mengambang, menerbangkan aku kelangit yang tinggi. bergelut dengan awan kecil, putih, lembut. tiada kesakitan.

Hah, dunia macam apa pula yang saya impikan?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ayah, aku rindu

udah ku bilang, beberapa hari ini aku begitu rindu pada ayah... jadi mending aku cerita aja disini tentang ayahku... ayahku, ayah yang sederhana...tamat SMP pun gak...tapi bukan berarti ayahku bodoh...dibandingkan dengan teman-temannya, ayahku termasuk orang pintar, terutama dalam hal hitung-hitungan...lantas, kenapa ayahku gak lulus SMP? begini ceritanya kawan.. ayahku, adalah anak laki-laki yang dilahirkan dari keluarga 'keras'...ya, kakek dan nenekku orang yang tegas. dari kecil ayah dididik untuk mencari uang sendiri...dari kelas 3 SD, ayah sudah belajar membuat pukat dan memangkap ikan...uang sekolah, jajan dan makan, harus ditanggung sendiri...kadang kala, ayah juga harus membiayai saudara-saudara perempuannya yang masih sekolah..karena itulah, ayah jarang masuk sekolah, sering membolos...tapi nilai ayah gak jelek-jelek amat... sebagai anak danau, ayah sering melanggar peraturan sekolah...pake sandal kesekolah, gak pake seragam, gak pake tas, hanya punya s...

Menjadi Emak Zaman Now

Beberapa waktu lalu, aku membaca status seorang teman. Dalam tulisannya, beliau menanyakan "Mengapa rasanya, menjadi ibu di zaman ini repot sekali, padahal orang tua beliau (dengan anak banyak) tidak pernah terlihat seriwet itu". Beberapa orang kemudian mengomentari status tersebut, mengemukakan beberapa alasan dan pendapat yang menarikku pada sebuah kesimpulan, "...karena zamannya berbeda". Di masa sekarang ini, di mana aku dan banyak perempuan lain bertumbuh, teknologi semakin memperkokoh perannya. Kran informasi dibuka lebar. Arusnya menggoyahkan kesadaran orang-orang untuk lebih tau. Pengetahuan senyatanya menjadi milik bersama. Hal itu lah yang menuntut ibu-ibu di zaman ini harus aktif dan belajar lebih, termasuk para perempuan luar biasa di Grup Shalihah Motherhood. Dalam percakapan seminggu ini, ada tiga topik yang menarik hatiku. Pertama, ketika Mba @seztifa membagikan info mengenai Berbagi Lokasi Melalui Maps. Hal ini mempermudah istri mengetahui lokasi ...

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,...