Langsung ke konten utama

Tragedi Map Ijo

" maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan"

kuulangi surat al-insyirah itu berulang-ulang. berulang ulang. hingga aku yakin, aku melupakan jumlah kalinya.
hati ini semakin kuat. tidak lagi resah. dan praktikum berjalan sebagaimana mestinya.

tapi tidak, perasaan itu muncul lagi setelah praktikum berakhir. khawatir, aku tidak bisa ikut ujian. bingung bagaimana mengurus berkas-berkas itu.kuputuskan kembali menyusuri jejak-jejak kemarin lusa.

sebelumnya, di pagi hari menjelang praktikum di kebun, aku sudah mengobrak abrik kamar hingga berantakan, mencari sesuatu yang amat penting, berisi berkas-berkas yang bisa aku tukarkan dengan kartu ujian, MAP IJO.
ya Allah kemana itu ngumpetnya si map ijo?
ah, lupakan. aku udah telat praktikum. di jalan, aku sms teman2, siapa tau ada yang ngeliat map ijoku. tapi tidak. tidak ada yang ngeliat atau menemukannya. praktikum berakhir, aku  kuliah, istirahat bentar dan harus praktikum lagi.

huaaa, aku semakin panik. tidak ada waktu untuk mencarinya. senin sudah ujian, sabtu n minggu komdik tutup. stres ku bertambah dengan tugas2 mendadak yang datang. itu kewajibanku. dan harus aku selesaikan secepatnya. sambil terburu-buru, mepet2 waktu praktikum, aku bergegas ke tempat laundri, siapa tau ketinggalan disana, ternyata tak ada. kembali ke kosan, bongkar2 lagi, tetap tidak ada..setengah berlari dan hampir menabrak orang sana sini, aku berjalan kesetanan. gawat..gawat..aku telat praktikum. belum jalan ke kampus, belum shalat, belum naik tangga ke lantai empat. heuuuu...rasanya aku mau bilang, SKIP AJA HARI INIIIIII... >,<

sesampai di kampus, aku liat teman2 masih duduk2 di batang pohon, aku tanya, kita praktikum jam berapa?
dan jeng..jeng.. jeng..praktikumnya setengah jam lagi. masih dengan nafas satu dua, aku berlari ke mushala, shalat. lalu masuk keruangan. cengo'. teman nanya, gak aku jawab, diajak ketawa aku malah diam aja..aaahh, biarin..udah stress ini..

dan praktikum pun dimulai. terbawa suasana ruangan yang sejuk dan teman-teman yang asik...map ijo ku pun terlupakan.

keluar dari ruangan praktkum, entah dari mana datangnya ide itu, ku mulai pencarian ke tempat makan kemarin lusa. berharap, sangat berharap ada disana. dan alhamdulillah benar...MAP IJO pun di temukan.

hahahhahaahhaaa, aku ketawa sepuasnya..legaaaaaaaaaaaa



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,

12 Februari 2012

Hari ini, 12 Februari 2012. Tepat pukul 9.00 Hp ku berbunyi. Reminder, 'My'...'My' bukan berarti kepunyaanku, ia adalah sebuah nama. Nama yang membuatku iri karna ibadanya. Nama yang membuatku terpacu untuk menyamainya. Nama yang membuatku tenang melihat keanggunannya. Nama yang bergelut dalam ingatanku sebagai sahabat. Tak banyak kata yang dapatku ucap. Tak satupun kado yang dapat ku kirim. Pun peluk hangat tanda bahagia. Hanya doa-doa cinta yang Insyaallah penuh keberkahan untuk dia yang tengah melangkahi umur 19 tahun.Untuk dia yang berlatih menjadi perempuan. Untuk dia yang belajar jadi wanita. Untuk dia, FEBRIA RAHMI..

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u