Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2013

Jika Amanahmu adalah Cinta...

Sejenak menutup mata, merentangkan tangan, menarik nafas dalam, mengeluarkannya pelan. Membayangkanmu berada di padang rumput hijau, dihembus semilir angin, dalam melody alam yang mendayu merayu.  Begitu menyenangkan, menenangkan. Melihatmu dalam kerlip yang indah ditimpa hangat cahaya. Tersenyum malu, hingga dua bulan sabit melengkung sempurna diwajah itu.  Adalah kepastian, aku berada disini, menemanimu melewati waktu. Aku adalah kebahagiaan yang kau tunggu. Di tiap detik, pada hitungan menit, berbilang jam hari minggu dan tahun. Sempurna, karena kau kini memilikinya. Cinta. ## Surga, dengan segala keindahannya adalah balasan untukmu, aku juga dia, bila kita mau melakukan satu tugas. Amanah. yang menjelma dalam hentak nadimu, mengalir bersama darah menyeluruh diseluruh tubuh. Ia adalah udara, mengalir menyentuh rongga-rongga di dada, membuatmu merasa lega. Ya, kamu yang terpilih mengembannya. Pastikan, tiada ada kata keluh menyertaimu. Karena, selalu ada cinta di

Mengenang Kenangan....

  Berdiri di atas ketinggian. Mendongakkan pandangan jauh mengangkasa. Terpekur menatap puluhan kaki-kaki yang menapak pada kegetiran. Ritual sore ini, rintik-rintik hujan mengalirkan molodi di udara. menyapa atap, menyapa ranting, singgah sebentar di ujung daun. Semua sempurna, untuk satu kata. Rindu. yang teduh menyelimuti hati, Diam-diam bergelayut di pokok-pokok kenangan. tentang ayah, tentang ibu, adik-adik dan keluarga kecilku dulu. Dulu sekali, ketika langkahku masih ditatah satu satu. Ketika tumpukan bantal membantuku melihat ibu menjemur baju dari jendela kayu. Saat aku dan adikku berbodong-bongong menuju tepian danau, jogkok berdiri memandangi permukaan danau yang berasap. Enggan mandi. Dulu itu, aku tak pernah mengerti arti kata rindu. Ku biarkan adikku menangis, ibu berteriak-teriak mengomeli. Pulang-pulang dengan mata merah, tepat saat mentari mengucap salam berpisah, habis menyelam mencari ikan. Malas belajar, memilih nonton kartun atau

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u

Malam, Bulan dan Bintang...

Membiarkan malam bercengkrama bersama bulan, bersama bintang. Sungguh, aku tak cemburu. Aku tetap mampu menikmatinya dari sini. Dari sebuah jendela kecil, bersama sepucuk harap yang kau kirimkan kemarin petang. Aku sedikit mencuri dengar percakapan terlarang antara mereka. Betapa malam ingin terus merajai hari, agar kebersamaannya tak terpotong pagi. Dan bulan, ia rela menunggu malam kembali menghampar, meski kabut kelam hanya memberi sedikit celah untuk mengintip. Disuatu titik, jauh di angkasa terluar, lihatlah upaya bintang memberi sinyal, bahwa ia ada dengan kerlap kerlip terindah yang membersamai malam, menemani rembulan. Kebersamaan mereka sederhana. Mengudara diantara kegelapan. Menghadirkan cahaya temaram. Menyiratkan rasa yang begitu mendalam hingga menembus medium perantara. Mereka bahkan tak peduli itu semua. Untuk malam yang sama, ditemani bintang dan bulan dari sudut jendela yang sama. Aku, mungkin begitu. Selalu percaya, selalu merasa, bertahan menggenggam

Merindukanmu..

Aku merindukanmu lagi, Sama seperti rindu-rindu yang lalu. Muncul hanya sekali waktu ketika kita benar-benar tak bertemu. Sudah berapa lama bertahan disana? Bertahan untuk tidak menyapa, dengan sebuah alasan yang ku punya. Untuk melupakanmu.. Dan semua adalah pengulangan yang sama. Untuk malam-malam yang berlalu dengan atau tanpa purnama. Rasa itu juga tak berubah adanya. Datang lalu menghilang. Kukatakan hari ini sangat ingin menghapus keberadaanmu disini, ditempat semua rasa menjadi maya. Esok, atau mungkin lusa, jari-jari ini bahkan sudah tak tahan untuk menuliskan namamu meski hanya menggunakan potongan kayu di hamparan pasir. Ah, rasa rindu itu. Selalu mampu membisukan suara. Membuatku terpaku pada tapak yang sama. Pada logika, Aku, tak kan mampu membiarkanmu berlalu.

Manisnya diuji Ujian

^^ awali dengan senyum dan bismillah.. ini hari pertama ujian tengah semester sista. udah gak berasa ujian sih.. hmm, klo dihitung-hitung udah berapa kali ikut ujian ya? SD = kelas 1 dan kelas 2, masih pake sistem caturwulan, jadi ada 6 kali ujian          kelas 3 sampai kelas 6 udah pake sistem semester, jadi ada 8 kali ujian madrasah = tiga tahun pake sistem semester, jadi ada 6 kali ujian SMP = Tiga tahun pake sistem semester, jadi ada 6 kali ujian SMA = tiga tahun pake sistem semester, jadi ada 6 kali ujian kuliah = satu semester ada dua ujian, sekarang semester 6, jadi udah 12 kali ujian, ditambah matrikulasi 2 kali ujian, dikurang 1 kali ujian karena UAS semester 6 belum terjadi. secara formal, saya sudah melewati 6+8+6+6+6+12+2-1= 45 kali musim ujian. waahhh, sering juga ya..pantesan, makin kesini perasaan 'sesuatu'nya itu udah gak lagi terasa. udah jadii kebiasaan aja. hmm, ada sisi negatifnya juga sih, persiapannya jadi kurang. udah nganggep ujian sebag