Membiarkan malam bercengkrama bersama bulan, bersama bintang. Sungguh, aku tak cemburu. Aku tetap mampu menikmatinya dari sini. Dari sebuah jendela kecil, bersama sepucuk harap yang kau kirimkan kemarin petang. Aku sedikit mencuri dengar percakapan terlarang antara mereka. Betapa malam ingin terus merajai hari, agar kebersamaannya tak terpotong pagi. Dan bulan, ia rela menunggu malam kembali menghampar, meski kabut kelam hanya memberi sedikit celah untuk mengintip. Disuatu titik, jauh di angkasa terluar, lihatlah upaya bintang memberi sinyal, bahwa ia ada dengan kerlap kerlip terindah yang membersamai malam, menemani rembulan.
Kebersamaan mereka sederhana. Mengudara diantara kegelapan. Menghadirkan cahaya temaram. Menyiratkan rasa yang begitu mendalam hingga menembus medium perantara. Mereka bahkan tak peduli itu semua.
Untuk malam yang sama, ditemani bintang dan bulan dari sudut jendela yang sama. Aku, mungkin begitu. Selalu percaya, selalu merasa, bertahan menggenggam asa yang ku terima, mengucap mantra-mantra, membiarkan kamu menyapa, entah dimana, entah pada malam keberapa, entah ada atau tiada...
Komentar
Posting Komentar