Langsung ke konten utama

Manisnya diuji Ujian

^^
awali dengan senyum dan bismillah..

ini hari pertama ujian tengah semester sista. udah gak berasa ujian sih..
hmm, klo dihitung-hitung udah berapa kali ikut ujian ya?
SD = kelas 1 dan kelas 2, masih pake sistem caturwulan, jadi ada 6 kali ujian
         kelas 3 sampai kelas 6 udah pake sistem semester, jadi ada 8 kali ujian
madrasah = tiga tahun pake sistem semester, jadi ada 6 kali ujian
SMP = Tiga tahun pake sistem semester, jadi ada 6 kali ujian
SMA = tiga tahun pake sistem semester, jadi ada 6 kali ujian
kuliah = satu semester ada dua ujian, sekarang semester 6, jadi udah 12 kali ujian, ditambah matrikulasi 2 kali ujian, dikurang 1 kali ujian karena UAS semester 6 belum terjadi.

secara formal, saya sudah melewati 6+8+6+6+6+12+2-1= 45 kali musim ujian.
waahhh, sering juga ya..pantesan, makin kesini perasaan 'sesuatu'nya itu udah gak lagi terasa. udah jadii kebiasaan aja.

hmm, ada sisi negatifnya juga sih, persiapannya jadi kurang. udah nganggep ujian sebagai sesuatu yang akan terjadi dan akan berlalu.

seperti itukah hidup?

kan katanya hidup itu adalah ujian?

didetik ini,,dalam kesenangan.
dimenit selanjutnya, berurai air mata kesedihan.
datang dan pergi, silih berganti.
kadang tanpa disadari. tidak diminta. tak bisa ditolak.
semuanya alami. jalan hidup yang harus dilalui. ^^

tapi tahukah?
sama seperti ujian disekolah, ujian hidup juga bikin kita naik tingkat kalau lulus.

untuk masalah yang sama, saya yang sekarang akan merespon hal itu dengan cara yang berbeda jika dibandingkan dengan saya yang dahulu.

saya yang dulu adalah ia yang gampang berurai air mata.
waktu mengajarinya bertahan, hingga air mata itu berganti kulit, menjelma jadi kesadaran.
kesadaran bahwa saya sudah dewasa. kedewasaan yang mengajari otak berfikir realistis.
bahwa kesedihan tak selalu tentang air mata. eh atau gini, bahwa air mata tak selalu tentang kesedihan?

saya yang dahulu terlalu pemalu untuk berekspresi. ketika bahagia, lebih baik tersenyum. apalagi kalau berada disuatu forum keluarga besar. ah, rasanya harus melulu jaga sikap.
hari ini, kepercayaan diri itu muncul. mengajari hati untuk tertawa. kadang sedikit berteriak. ah, harusnya ini tak terjadi. bukankah menjaga sikap itu terlihat begitu anggun?

ya, saya sekarang mungkin terlihat lebih baik. namun tidak selalu begitu adanya. masih banyak ujian yang harus diremedial. remedi itu, berarti memperbaiki. jadi, gak ada kata salah untuk mengulang kan??
yang penting mah, gak kapok berhadapan dengan ujian.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,

12 Februari 2012

Hari ini, 12 Februari 2012. Tepat pukul 9.00 Hp ku berbunyi. Reminder, 'My'...'My' bukan berarti kepunyaanku, ia adalah sebuah nama. Nama yang membuatku iri karna ibadanya. Nama yang membuatku terpacu untuk menyamainya. Nama yang membuatku tenang melihat keanggunannya. Nama yang bergelut dalam ingatanku sebagai sahabat. Tak banyak kata yang dapatku ucap. Tak satupun kado yang dapat ku kirim. Pun peluk hangat tanda bahagia. Hanya doa-doa cinta yang Insyaallah penuh keberkahan untuk dia yang tengah melangkahi umur 19 tahun.Untuk dia yang berlatih menjadi perempuan. Untuk dia yang belajar jadi wanita. Untuk dia, FEBRIA RAHMI..

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u