Langsung ke konten utama

Menjadi Emak Zaman Now

Beberapa waktu lalu, aku membaca status seorang teman. Dalam tulisannya, beliau menanyakan "Mengapa rasanya, menjadi ibu di zaman ini repot sekali, padahal orang tua beliau (dengan anak banyak) tidak pernah terlihat seriwet itu". Beberapa orang kemudian mengomentari status tersebut, mengemukakan beberapa alasan dan pendapat yang menarikku pada sebuah kesimpulan, "...karena zamannya berbeda". Di masa sekarang ini, di mana aku dan banyak perempuan lain bertumbuh, teknologi semakin memperkokoh perannya. Kran informasi dibuka lebar. Arusnya menggoyahkan kesadaran orang-orang untuk lebih tau. Pengetahuan senyatanya menjadi milik bersama. Hal itu lah yang menuntut ibu-ibu di zaman ini harus aktif dan belajar lebih, termasuk para perempuan luar biasa di Grup Shalihah Motherhood.

Dalam percakapan seminggu ini, ada tiga topik yang menarik hatiku. Pertama, ketika Mba @seztifa membagikan info mengenai Berbagi Lokasi Melalui Maps. Hal ini mempermudah istri mengetahui lokasi suami. Niatnya bukan macam-macam. Bukan pula karena curiga. Insyaallah mulia, demi mengetahui posisi suami bila hendak pulang kerja sehingga istri bisa siap-siap, beres-beres dan dandan rapih. Ini informasi baru bagiku. Padahal Maps adalah aplikasi yang tak asing, tapi fiturnya belum kuketahui secara baik. Bagi yang sama-sama belum tahu, caranya buka Maps melalui hp suami, ketuk garis tiga di pojok kiri atas, klik 'Bagikan lokasi', kirim ke WA istri. Hal ini bisa juga diterapkan bagi ibu yang punya anak usia sekolah dan sudah diizinkan memegang hp. Lumayan membantu mengawasi tempat bermain anak. Selamat mencoba.

Kedua, ketika Mba Ella hendak mengisi rumahnya dengan beberapa perabot. Beliau bertanya tentang pemakaian listrik dan jenis elektronik. Masyaallah, "ternyata kita sepemikiran", begitu pikirku spontan. Beberapa waktu lalu, aku juga sempat searching sebelum membeli kulkas dan mesin cuci. Salah satu pertimbangannya adalah konsumsi listrik. Dari sana aku belajar cara menghitung pemakaian listrik tiap-tiap barang elektronik, cara menyiasati pergiliran pemakaian barang-barang tersebut, juga tahu beberapa cerita pemakaian listrik ibu-ibu di Grup SM. Bahkan urusan seperti ini, tak lagi ekslusif menjadi urusan laki-laki. Ibu-ibu sebagai Manager Keuangan dituntut mempertimbangkan banyak hal, mencaritahu mengenai apa saja yang berpotensi mempengaruhi belanja dapur.


Terakhir, topik menarik yang sepenuhnya aku ikuti adalah perihal Toilet Training. Selain cerita ibu-ibu dengan pengalamannya masing-masing di Grup, topik ini juga disampaikan oleh Mba Indah dan Mba Aman di radio Dakta fm. Menariknya, karena aku baru tahu kalau ternyata perkara Toilet Training ini sangat penting, urgent dan memiliki perjuangannya tersendiri. Suka duka, pengalaman, dan keberhasilan, silih berganti mengisi ruang chat WA beberapa hari ini. Aku kembali teringat hal pertama yang dibahas dalam Fiqih, "Thaharah atau Bersuci". Begitu penting hingga perlu diajarkan bahkan sejak anak masih bayi. Insyaallah, perjalanan perjuangan pengajaran itu tak akan ada yang  sia-sia.

Sebenarnya, masih banyak topik menarik yang dibahas dalam Grup, mulai dari perpisahan, berbagi resep masakan, mirip-miripan artis, travel umrah, voting desain, sampai cerita musibah hanyut kemarin. Namun karena keterbatasanku mengetikkan kata, maka rasanya kucukupkan sampai di sini.

Lagi, setiap ibu itu sempurna dengan kesempurnaan cintanya mendidik buah hati. Cara boleh berbeda, namun kasih sayangnya pasti tak terhingga. Aku selalu percaya itu. Meski belum, semoga langkah ini, berkumpul dengan perempuan shalehah, mendekatkan diri pada perantara ilmu, tetap dinilai ibadah dalam mempersiapkan generasi yang Cinta Allah, Cinta Rasulullah dan bangga berdiri membela Dinnullah. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,

12 Februari 2012

Hari ini, 12 Februari 2012. Tepat pukul 9.00 Hp ku berbunyi. Reminder, 'My'...'My' bukan berarti kepunyaanku, ia adalah sebuah nama. Nama yang membuatku iri karna ibadanya. Nama yang membuatku terpacu untuk menyamainya. Nama yang membuatku tenang melihat keanggunannya. Nama yang bergelut dalam ingatanku sebagai sahabat. Tak banyak kata yang dapatku ucap. Tak satupun kado yang dapat ku kirim. Pun peluk hangat tanda bahagia. Hanya doa-doa cinta yang Insyaallah penuh keberkahan untuk dia yang tengah melangkahi umur 19 tahun.Untuk dia yang berlatih menjadi perempuan. Untuk dia yang belajar jadi wanita. Untuk dia, FEBRIA RAHMI..

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u