Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun. Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u
yaaah, ga ada deskripsinya yaa..
BalasHapuspadahal aku ingin tahu, seperti apa namaku saat kau tulisan dengan penamu :D
hehehhe, iya amiii, ntar di tambahin deskripsinya..kemarin itu lagi lola banget jadi lamaaa banget buat upload nya...makanya gak di macem2in....
BalasHapusbener.
BalasHapusulya ituuuuuuu, bersahaja, sederhana, apa adanya, terkesan biasa, tapi dia luar biasa.
:D
*jadi amy udah dicap galau ni ceritanya?
awas ya ika!
hahahha, cuma menilai ami dari cerita2 di blog ami...ika anggap galau karena ikka gak tau siapa cowok yang tengah ami ceritakan...heheh
BalasHapushihi, kapan-kapan deh amy ceritain.
BalasHapuskalo ika pulang yaaa.
catet itu, kalo ika pulang, jadi cepetan pulang yaaa :D
yaaahhh, kayaknya masih lama mi..jangan sampai yaaa, undangannya keburu datang tanpa ika tau siapa 'ehem'ami ituuu...
BalasHapus