Biamillahirrahmanirrahiim...
Bercerita tentang mimpi, sama halnya berangan-angan untuk masa depan. Bukan berangan-angan tepatnya, tapi merakit sesuatu yang diinginkan. Banyak hal yang ada dikepala ketika mimpi itu dipertanyakan. Begitulah aku dulu, tapi tidak saat ini. Ketika jalan-jalan itu mulai ku singkap. Kurambah rumput-rumput liar yang menghalangi, meski sampai kini, jalan itu belum terang dan nyata. Selalu ada pertanyaan, ada apa di balik pagar rumput yang hendak ku rambah? Bahayakah? Bahagiakah?
Bercerita tentang mimpi, sama halnya berangan-angan untuk masa depan. Bukan berangan-angan tepatnya, tapi merakit sesuatu yang diinginkan. Banyak hal yang ada dikepala ketika mimpi itu dipertanyakan. Begitulah aku dulu, tapi tidak saat ini. Ketika jalan-jalan itu mulai ku singkap. Kurambah rumput-rumput liar yang menghalangi, meski sampai kini, jalan itu belum terang dan nyata. Selalu ada pertanyaan, ada apa di balik pagar rumput yang hendak ku rambah? Bahayakah? Bahagiakah?
Berani bermimpi, pertama kali aku lakukan ketika memutuskan untuk masuk IPB. Anak kampung yang tinggal jauh di pelosok pulau Sumatera, di kelilingi bukit-bukit Maninjau layaknya berada di selimut hangat yang sungguh enggan untuk di lepaskan. Persis seperti katak dalam tempurung, buta akan dunia. Hingga hari itu, aku terjaga, ku lepaskan kebahagian berkumpul dengan keluarga, bermain dengan beningnya air danau maninjau, dan untuk tak lagi menyaksikan mentari meningalkan jingga di sapuan riak danau. Aku pergi merantau.
Pesimis, minder,malu, adalah apa yang kurasakan dulu, ketika ku lihat begitu banyak yang luar biasa, berprestasi dan membanggakan. Lantas pertanyaan itu meminta jawaban, 'aku siapa?' Lalu 'aku akan jadi apa?'
Kembali ke masa aku 10 tahun, 15 tahun, bahkan 17 tahun, cita-cita ku tetap sama, menjadi guru. Kenapa? Bagiku, guru adalah orang yang pahalanya paling besar. Menjadikan orang bodoh jadi pintar, orang tak tahu menjadi tahu, orang gagal menjadi sukses, dan merubah berandal menjadi orang shaleh.
Sempurna, begitu pikirku.
Tapi, ketika hari-hari ku langkahi, berbagai ide menyerang pemikiranku, mimpi itu berubah. Ada banyak, banyak sekali yang nyatanya ku inginkan. aku ingin menjadi...
Ku tulis semua itu, dalam buku-buku mimpiku...
Mimpi, bagiku adalah doa. Doa yang setiap kali ku ucap, berharap dikabulkan oleh Allah. Doa yang mungkin belum di kabulkan saat ini, tapi nanti. Doa yang akan selalu berubah sesuai kebutuhan. Doa yang jadi jembatan untuk kehidupan yang lebih baik dunia dan akhirat.
Aku selalu membayang kan mimpi-mimpiku, karena dengan begitu mimpi itu lebih terasa nyata dan kalau pun ia tak ku dapatkan, setidaknya aku pernah memiliki kebahagiaan memiliki mimpi itu. Kini, aku memiliki pencerahan baru, dengan memvisualisasikan mimpi-mimpi itu, menjadikannya lebih nyata lagi, dan semoga kenyataan itu benar-benar menghampiri.
di Jum'at yang syahdu
pondok assalamah
12.39
Komentar
Posting Komentar