Langsung ke konten utama

Ketika Mayorku AGH dan Minorku Eksyar

oke, seperti yang udah teman-teman ketahui, di IPB ada yang namanya sistem mayor-minor. mayor adalah jurusan utama, sedangkan minor adalah jurusan yang di ambil untuk memenuhi kekurangan sks. minor, boleh diambil dari jurusan apa aja. dan aku memilih ekonomi syariah. yang artinya, selama tiga tahun kedepan, selain belajar tentang ilmu bercocok tanam dan budidaya, aku juga akan belajar tentang ekonomi islam. nah, entar pas wisuda, selain gelar sarjana dari mayor ku, diijazah akan tertulis keterangan bahwa aku sudah menyelesakan program minorku, kayak gelar ganda gitu deh katanya.

kenapa harus eksyar? bukankah gak ada hubungannya dengan mayor ku? di eksyar juga jarang disebut-sebut kata-kata atau istilah pertanian seperti tugalan, bibit, cangkul dll. teman-teman yang lain mengambil eksyar alasannya biar bisa kerja di bank. nah, kami yang dididik untuk jadi petani setelah lulus nanti, apakah juga akan ikut-ikutan jadi banker? mungkiin ya, mungkin saja tidak. semua ada jalannya kan? meski begitu,ku harap orientasi terakhir ku adalah dunia pertanian seutuhnya.

hal seperti inilah yang membuat IPB berbeda. aku tahu cara mencangkul, grafting, memupuk, dan menanam jagung. tapi aku juga mengetahui dasar-dasar ilmu perdagangan dalam islam.. jika dipiikir-pikir, minor yang kuambil memang tak sepenuhnya mendukung mayorku. boleh dibilang, hubungannya sangat jauh. tapi entah kenapa, aku sama sekali gak menyesal. bagi ku, eksyar memiliki bagian yang unik seperti halnya AGH dimana keberagaman itu sangat terasa, orangnya aneh dan sulit dibaca... orang-orang nya yang bisa dibagi dalam dua golongan, orang alim dan orang gahul...cewek jilbaber dan cewek modis meskipun memang diwajibkan memakai jilbab. jika di AGH, di tekankan tentang pesan moral agar menjadi petani sejati yang hadir membantu masyarakat, maka di eksyar di tekankan pesan agar mengembalikan hakikat ekonomi sesuai ajaran islam yaitu kemaslahatan umat manusia.

perbedaan mencolok yang aku rasakan setelah beberapa bulan menjalani kehidupan AGH dan eksyar adalah 'penampilan'..sebagai orang lapang, kami -anak AGH- terbiasa berpakaian lapang, baju berlepotan lumpur, keringetan, atau apapun yang menunjukkan kami adalah anak pertanian. tapi, tak ada kata gengsi dalam kamus kehidupan mahasiswa pertanian itu. sedangkan di eksyar, pakaian mahasiswanya rapi-rapi, bagus dan sepertinya mahal. diawal, ini membuat ku minder, tapi lama-lama terbiasa juga. toh, yang aku cari bukan ilmu berpakaian.

kini, satu semester telah aku lewati di AGH dan Eksyar. kemarin, baru saja aku melangkah kembali memasuki ruangan kuliah. melepas rindu dengan teman-teman mayorku. bersiap untuk mencangkul lagi, menanam lagi dan memanen lagi. kemarin juga, aku berkumpul dengan teman-teman minorku yang kebanyakan tak ku kenal. dalam kelas ini, jumlah mahasiswanya bertambah. semester lalu hanya sekitar 70 orang, sedangkan sekarang mencapai 128 orang. disaat kawan ku mengeluh dengan keadaan ini, aku tetap saja merasa nyaman, karena bagiku tidak hanya AGH, Eksyar pun aku cintai.

#catatan pertama yang masuk draf..


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,

12 Februari 2012

Hari ini, 12 Februari 2012. Tepat pukul 9.00 Hp ku berbunyi. Reminder, 'My'...'My' bukan berarti kepunyaanku, ia adalah sebuah nama. Nama yang membuatku iri karna ibadanya. Nama yang membuatku terpacu untuk menyamainya. Nama yang membuatku tenang melihat keanggunannya. Nama yang bergelut dalam ingatanku sebagai sahabat. Tak banyak kata yang dapatku ucap. Tak satupun kado yang dapat ku kirim. Pun peluk hangat tanda bahagia. Hanya doa-doa cinta yang Insyaallah penuh keberkahan untuk dia yang tengah melangkahi umur 19 tahun.Untuk dia yang berlatih menjadi perempuan. Untuk dia yang belajar jadi wanita. Untuk dia, FEBRIA RAHMI..

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u