Langsung ke konten utama

...aku masih punya rasa...

Tadi malam, Aku jadi orang yang sangat 'perasa'...entahlah,
mungkin karena ejekan itu berasal dari orang yng selama ini aku hormati dan aku selalu percaya dia akan menjaga perasaan orang lain..
tapi ternyata tidak, dia sama seperti yang lain..

semua teman bilang,"jangan dimasukin kehati"...udah, selama ini memang gak pernah aku masukin hati, bahkan tak aku ambil pusing setiap rasa minder itu menyergapku..tapi apa? toh aku juga seorang manusia..hati ku bukan terbuat dari batu yang setiap saat bisa terus-terusan didera dengan ejekan..bahkan, batu yang keras sekalipun, akan tetap berlubang jika setiap saat ditetesi dengan air...

apa aku salah, kalau malam itu, aku menangisi kekuranganku? kekurangan yang bukan berasal dari aku atau orang tuaku..kekurangan yang sering kali dijadikan bahan tertawaan...aku senang melihat teman-teman bisa tersenyum gara-gara aku, bahkan bila itu tentang kekuranganku..tapi tetap saja, aku bukan malaikat..ada masanya dimana perasaanku mengalahkan logika..hingga akhirnya aku hanya bisa menangis tanpa mampu mempertanyakan, KENAPA?

aku, memang orang yang gak mudah benci, terlebih pada mereka yang hampir setiap hari bertemu denganku...tapi saat ini, ada rasa aneh di hatiku yang membuat sikapku berubah canggung..oke, sikapku mungkin biasa, tapi hatiku? ingin aku kembali tersenyum dan tertawa bersama mereka, tapi saat ini belum bisa...aku butuh waktu..

Komentar

  1. oh ikaa...

    Amy tahu betapa sakitnya.
    Tapi jangan samai kita menjadi hamba yang tak bersyukur, ya?

    Jadikan kekurangan itu pembeda antara kita dengan mereka
    Bukan pembeda secara eksistensi, bukan tentang wujud.
    Tapi tentang rasa, tentang kesabaran, tentang keikhlasahan, tentang kesyukuran.

    Bersyukur atas yang lebih itu biasa, tapi bersyukur atas yang kurang itu, luar biasa.

    ika ingin jadi hamba yang luar biasa, kan?

    :)

    ayo semangat dooong??!!

    BalasHapus
  2. :'( amiii... kadang emang canda itu membawa luka..terlebih jika hati tak terima..introspeksi diri untuk ika juga mi, biar gak kelewatan becanda...

    makasih moy...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,

12 Februari 2012

Hari ini, 12 Februari 2012. Tepat pukul 9.00 Hp ku berbunyi. Reminder, 'My'...'My' bukan berarti kepunyaanku, ia adalah sebuah nama. Nama yang membuatku iri karna ibadanya. Nama yang membuatku terpacu untuk menyamainya. Nama yang membuatku tenang melihat keanggunannya. Nama yang bergelut dalam ingatanku sebagai sahabat. Tak banyak kata yang dapatku ucap. Tak satupun kado yang dapat ku kirim. Pun peluk hangat tanda bahagia. Hanya doa-doa cinta yang Insyaallah penuh keberkahan untuk dia yang tengah melangkahi umur 19 tahun.Untuk dia yang berlatih menjadi perempuan. Untuk dia yang belajar jadi wanita. Untuk dia, FEBRIA RAHMI..

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u