Langsung ke konten utama

Shalihah Motherhood: Beranjak dari Kelemahan

Pernahkah kamu merasa tercekat saat hendak berkenalan? Berusaha menelan ludah berkali-kali agar lancar semua percakapan yang bahkan belum dimulai?

Itulah salah satu kelemahanku.

Rasanya, bila diminta menjabarkan kelebihan dan kekurangan, akan lebih lancar bak air mengalir di musim hujan, lidahku mengurai daftar-daftrar kekurangan diri. Entah karena efek kekurangan itu sangat berkesan, sering diingatkan orang lain, atau hasil perenungan panjang.

Tentang kesulitan berkenalan, tidak saja di dunia nyata, ternyata di dunia per-WhatsApp-an pun aku begitu. Beberapa kali, setiap tergabung di lingkungan baru, aku akan merasa kagok. Takut-takut hendak menyapa. Bingung memulai darimana. Khawatir salah emot ataupun kata-kata. Namun kali ini berbeda, Alhamdulillah. Beberapa hari yang lalu, aku resmi bergabung dalam sebuah grup, Shalihah Motherhood (SM) namanya. Sedikit aku ceritakan awal bergabung di grup ini berkat sebuah foto yang muncul di explore ig. Aku buka akunnya, aku kepo isinya, dan aku suka. Untukku yang seringkali kurang informasi, kurang persiapan untuk segala sesuatu, rasanya komunitas ini sangat dibutuhkan untuk menambah wawasan, mempersiapkan banyak hal menjadi orang tua masa kini. Kelompok ini berisi ibu-ibu muda yang saling bertukar pengalaman, saling menguatkan, dan berbagi banyak ilmu. Ketika OR dibuka, aku ikut mendaftar dan Alhamdulillah diterima.

Well, inilah SUKA-ku ketika pertama kali tergabung. Menyapa dan disapa mba-mba yang muka-mukanya bahkan tak terbayang namun senyum dan ketulusannya dapat aku rasakan. Dalam sehari, aku menyerap banyak gambaran, "waah, isinya ibu-ibu kece dengan aktivitas dan prestasi yang tetap keren dan bermanfaat meskipun sudah ada amanah menjadi ibu". Senangnya, aku bertemu dengan izzah dan sepertinya hanya kita yang satu angkatan dari IPB. Ada beberapa kakak kelas yang aku tau dan banyak juga yang belum kenal. Tapi Masyaallah, menerima persaudaraan dalam kebaikan itu adalah anugerah yang membahagiakan. Semoga menjadi sebab kita bertemu di dunia, pun menjadi alasan kita memasuki pintu surga.

Untuk DUKA yang dialami sejak bergabung di grup sebenarnya hampir  tidak ada, selain adaptasi dengan kelompok baru. Tapi bila boleh dikata, menyimpan nomor WA anggota grup ternyata cukup menyita waktu dan membuat jari tremor. Terlebih karena chat yang masuk dalam sehari bisa ribuan, jadi aku agak kesulitan men-skroll percakapan dan perkenalan. "Manjat" satu-satu ke percakapan atas itu lumayan bikin pegal. Apalagi, topik yang dibahas sangat beragam, percakapan mengalir dan bergulir dengan cepat. Selain itu, untuk aku yang pelupa, memang butuh waktu mengenal satu-satu nama ibu-ibu dengan cerita unik yang menyertainya. Semoga nanti bisa hafal dan semakin mendekatkan.

Ke depannya, aku berharap komunitas ini selalu memberikan inspirasi-inspirasi positif yang efek baiknya menyebar ke lingkungan sekitar. Membuat anggota grup semakin nyaman dan tak sungkan menyampaikan banyak hal-terutama untukku dengan kelemahan seperti itu. Meneguhkan setiap langkah menjadi ibu-ibu peradaban. "Bila kau tak disibukkan dengan kebaikan, maka kau akan disibukkan dengan keburukan". Maka semoga, hanya kebaikan yang terekspresikan, tersimpan dan terkenang.
Barakallah. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,

12 Februari 2012

Hari ini, 12 Februari 2012. Tepat pukul 9.00 Hp ku berbunyi. Reminder, 'My'...'My' bukan berarti kepunyaanku, ia adalah sebuah nama. Nama yang membuatku iri karna ibadanya. Nama yang membuatku terpacu untuk menyamainya. Nama yang membuatku tenang melihat keanggunannya. Nama yang bergelut dalam ingatanku sebagai sahabat. Tak banyak kata yang dapatku ucap. Tak satupun kado yang dapat ku kirim. Pun peluk hangat tanda bahagia. Hanya doa-doa cinta yang Insyaallah penuh keberkahan untuk dia yang tengah melangkahi umur 19 tahun.Untuk dia yang berlatih menjadi perempuan. Untuk dia yang belajar jadi wanita. Untuk dia, FEBRIA RAHMI..

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u