Berdiri di atas ketinggian.
Mendongakkan pandangan jauh mengangkasa.
Terpekur menatap puluhan kaki-kaki yang menapak pada kegetiran.
Ritual sore ini, rintik-rintik hujan mengalirkan molodi di udara.
menyapa atap, menyapa ranting, singgah sebentar di ujung daun.
Semua sempurna, untuk satu kata. Rindu.
yang teduh menyelimuti hati,
Diam-diam bergelayut di pokok-pokok kenangan.
tentang ayah, tentang ibu, adik-adik dan keluarga kecilku dulu.
Dulu sekali, ketika langkahku masih ditatah satu satu.
Ketika tumpukan bantal membantuku melihat ibu menjemur baju dari jendela kayu.
Saat aku dan adikku berbodong-bongong menuju tepian danau, jogkok berdiri memandangi permukaan danau yang berasap. Enggan mandi.
Dulu itu, aku tak pernah mengerti arti kata rindu. Ku biarkan adikku menangis, ibu berteriak-teriak mengomeli. Pulang-pulang dengan mata merah, tepat saat mentari mengucap salam berpisah, habis menyelam mencari ikan. Malas belajar, memilih nonton kartun atau sekedar menyanyi bersama ayah dalam kelam, hitam, tatkala lampunya padam.
Senja yang berangin. Sepoi-sepoi mengantarkan tawa pada udara. Kepak burung-burung menghiasi langit jingga. Daun-daun gugur. Sejuk berhembus dari gunung. Saatnya tiba. Ambil mukena, terompah capal, kaki-kaki kecil biarkan berlari, berlari, berlari. Tertawa. Berwudhu ditepian. Berbaris rapi, mengikut imam membaca alfatihah. Khusyuk mengadu, doa ibu bapak. Khusyuk meminta, rizki lancar biar bertambah uang jajan. Setelah semua disebutkan, ambil langkah seribu, berlari, jalan kaki menuju tempat mengaji, alif.. ba..ta.. :')
(atika yang lincah, hitam, dekil, nakal, dan disayang)
**
Ini bukan sinetron, bukan film apalagi komedi. Namun episode-episodenya kadang memang terasa berlebihan. Menghadirkan sakit, tangis air mata. Mengubah hidup, diri, alur cerita. Berlabuh pada alur waktu, Hari Ini.
Kenangan-kenangan, hadir untuk dikenang. Tidak peduli pahit atau manis. Mendikte atau bercerita. Mengubah dia menjadi berbeda.
Sudah lama sekali, belasan tahun berlalu.
Apa dia sekarang?
Seseorang yang mengenang kanangan, mendongak kelangit luas, menapak di ketinggian, mengamati lalu lalang orang berjalan kaki, berkendara. Merindu masa-masa itu, bersama keluarga yang dulu ia sebut bahagia..Selalu.
Komentar
Posting Komentar