Gerimis lagi sesore ini. Atau mendung pekat kemarin, lalu berubah menjadi setumpahan air dari langit. Kau bayangkan, akhirnya aku bisa bertanam. Air sawahnya mulai tergenang. Semaian padi di petak kecil, menghijau, membawa harapan dan ia berjanji akan tumbuh dengan baik, sesempurna hamparan permadani emas di seratus hari kemudian.
Sejuk merambat, mengisi pori-pori hati. Cipratan hujan di jendela yang memberat dan perlahan turun, menjadi saksi bisu ketenangan senja bersama kaki-kaki mungil yang melangkah kesana kemari, menyodorkan tawa, menawarkan jasa, merasa bahagia dengan segenggam receh yang ia dapat dari payung merah tua. Terimakasih teruntuk Puan dan Nyonya yang sudah menebarkan cinta.
Pokok-pokok cemara yang mengembun. Dimana dua katup bertemu. Adalah diam yang ia hayati. Melirik ke celah gunung. Ingin mentari bertahta kembali. Dan pelangi hadir menyapa hati. Hati yang sedang dan akan selalu menahan diri. Menunggu hujan, Menunggu rona kembali berwarna. Dari bangku coklat tua, sebuah doa menjelma mega, agar hadir pelengkap terbaik, tangan kirinya tangan kanan, berdua menyambut hujan.
senang bisa tersesat di blog ini :) senang bisa baca tulisan-tulisan inspiratif mbak. salam kenal :)
BalasHapuswaahhh salam kenal juga dek..tadi tersesatnya lewat jalan mana?? :D
BalasHapus