Langsung ke konten utama

Memilih Berubah..

Perubahan adalah keniscayaan, begitulah orang bilang. Tiada yang tak berubah didunia ini, kecuali cinta kasih Allah pada hambanya. Disetiap denyut kehidupan, perubahan-perubahan adalah bagian-bagian tak terpisahkan. Semua berproses, kadang melaju dengan arus pergiliran-pergiliran. Perubahan hadir tidak saja dalam hitungan tahun, bulan, hari, ataupun jam, bisa jadi ia terjadi dalam hitungan menit bahkan detik.
***
Cerita tentang perubahan itu saya dapatkan hari ini. 
Satu tahun yang lalu, ketika saya Upgrading BEM Faperta Kabinet Beraksi di Yonif Garuda Gunung Batu, ada seorang pelatih yang bisa dibilang cukup usil. Sang pelatih sering mengolok-ngolok saya, menertawakan saya, membercandai saya. Hmm, apa karena saya kecil? Mungkin saja. Atau bisa jadi karena saya sok-sok-an. Entahlah. yang saya rasakan, saat itu saya cukup tengil untuk membantah dan melawan perintah sang Pelatih. Beberapa kali saya protes dan menegur. Sok berani, padahal aslinya ketar ketir. 
Waktu itu saya ingat, saya dipanggil oleh sang Pelatih, disuruh menemui pelatih - pelatih yang tengah merokok. Saya, sendiri, cewek lagi. Ih OGAH. Tapi karena dipaksa, saya akhirnya menurut juga. Dengan ditemani bapak ketua, saya disuruh berkenalan. Mereka memanggil saya si Padang. Dengan menampilkan muka BT, saya mohon izin untuk pergi, saya kemukakan berbagai alasan, tapi alasan saya tidak satupun yang diterima. Hingga akhirnya saya bilang 'maaf pelatih, sebenarnya saya dari tadi tidak tahan dengan asap rokok pelatih'. Hup, mereka langsung mematikan rokoknya. Saya pun berlalu. Hehehe, dalam hati saya tertawa, akhirnya bebas jugaaaa..
Kegiatan pun berlangsung lebih kurang dua hari. Dua hari yang menyenangkan, berkesan. Juga kesan dengan pelatih yang usil itu. Meskipun kebiasaannya menjelek-jelekkan saya tidak hilang, tapi minimal aura-aura 'kakak' nya lebih keluar disaat-saat terkahir. Hingga sempat saya mengajukan pertanyaan, 'Kenapa harus merokok?'. Kalau saya tidak salah ingat, pelatih itu menjawab, 'Rokok adalah hiburan ditengah latihan fisik yang mereka lakukan'..Hmm, saya mencoba untuk mengerti, tapi saya tetap saja tidak menemukan pemahaman. Saya bertanya lagi, 'Apakah tdak bisa berhenti?'. Beliau menjawab, 'Mungkin bisa, tapi saya tidak mau'. Hmm?
Upgrading itu ditutup dengan berbagai perasaan dan kesan. Menghadirkan banyak cerita. Kalau tidak salah, diacara penutupan, saya sempat berpesan pada pelatih itu untuk mencoba berhenti merokok. Kata-kata terakhir, karena setelah penutupan pelatih itu langsung bertugas kembali. Dan saya tidak pernah bertemu Kakak Pelatih itu lagi. 
Sudah satu tahun berlalu, tiba-tiba nama pelatih itu kembali terdengar. Diceritakan oleh adik saya di BEM A. Membawa cerita yang membuat saya melonjak senang. Senang sekali mendengar kabar kalau pelatih itu sekarang sudah berubah, Beliau berhenti merokok. Saya yakin, itu tidak mudah. Butuh kekuatan tekad dan keistiqamahan. Dan beliau membuktikan kalau dirinya bisa. Berita itu membuat saya memutuskan untuk menuliskan cerita ini di sini. Sebagai bentuk penghargaan saya atas keberhasilan sang Pelatih membawa hidupnya kearah yang lebih baik. Berhenti merokok, adalah salah satu perubahan positif yang patut saya acungi jempol...dan Pelatih itu telah Memilih Berubah..
***
Perubahan itu ada pada diri manusia. Tak terkecuali hati. Ketika detik ini hati itu bersih, tidak menutup kemungkinan didetik yang kesekian ia berubah hitam. Atau sebaliknya, legamnya hati bisa berubah berkilau, memenuhi sinaran bumi dalam satu kedipan mata. Dan yang menentukannya adalah Allah Sang Pembolak Balik Hati. Maka sudah sepantasnya lah kita berdoa: Ya Allah Yang Maha Membolak Balikkan Hati, Tetapkan lah Hati Kami dalam Rahmat Cinta dan Agama-Mu...


#PelatihZulfikar


Komentar

  1. Perubahan memang merupakan hal umum... namun kita harus update untuk lebih baik...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,

12 Februari 2012

Hari ini, 12 Februari 2012. Tepat pukul 9.00 Hp ku berbunyi. Reminder, 'My'...'My' bukan berarti kepunyaanku, ia adalah sebuah nama. Nama yang membuatku iri karna ibadanya. Nama yang membuatku terpacu untuk menyamainya. Nama yang membuatku tenang melihat keanggunannya. Nama yang bergelut dalam ingatanku sebagai sahabat. Tak banyak kata yang dapatku ucap. Tak satupun kado yang dapat ku kirim. Pun peluk hangat tanda bahagia. Hanya doa-doa cinta yang Insyaallah penuh keberkahan untuk dia yang tengah melangkahi umur 19 tahun.Untuk dia yang berlatih menjadi perempuan. Untuk dia yang belajar jadi wanita. Untuk dia, FEBRIA RAHMI..

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u