Langsung ke konten utama

'Sahabat Kakao'

Menjadi anak AGH , adalah kebanggaan tersendiri untukku. Berada di tengah mereka-mereka yang tak takut panas dan dengan bangga mengayunkan cangkul pada tanah-tanah penuh gulma.
semester tiga kemarin, untuk pertama kalinya aku benar-benar menjadi petani. petani kakao tepatnya. setiap hari minggu aku dan teman-teman (sely, wida, ika, mila, nurul, nafi, takbir, asep, fuad, roni, bu sun dkk) pergi ke kebun percobaan cikabayan untuk mengurus kakao. komunitas ini kami sebut, 'Sahabat Kakao'.Di bimbing oleh pak ade, kami menghitung jumlah kakao yang ada, menandainya, memberantas gulma yang ada, menyemprot, dan memangkas tunas air. semua itu menyenangkan, apalagi kegiatan ini selalu ditutup dengan makan-makan. secara bergiliran, kami memasak makanan untuk di santap bersama teman-teman di kebun. sederhana dan sesuai dengan kantong mahasiswa. :) tapi tetap meninggalkan hal-hal yang berharga, kekeluargaan misalnya.

nah, udah hampir 6 bulan nih, klub ini agak terabaikan. pasalnya, jadwal kami padat banget, sabtu minggu emang gak ada kuliah, tapi sering bentrok dengan agenda organisasi atau tugas-tugas. tapi, semangat untuk kembali ke kebun tetap ada. bahkan, makin kesini, semakin kangen untuk memegang cangkul, parang, kored, gergaji, gunting dan sprayer. mumpung ada adik kelas yang baru masuk. bisa tuh, dimanfaatkan untuk bantu-bantu plus sharing ilmu, secara mila udah gak ada :( 

ini, pertama kali nya kita makan bersama.. :)

makanannya, yang murah, cepet, tapi gak enak..hahahha

foto dulu dong sebelum pulang...kameranya di taroh di pohon lhoo.. :D

yang lain nyemprot gulma, kita malah ngerumpi...hayooo, siapa yang ngajakin tu?

mila lagi belajar nyemprot...ati-ati mil, ntar kena kakao nya..

"sep..sep..turun sep, jangan manjat-manjat gitu..ntar jatuh.. "

mba, mba, kalo kerja tu ya kerja, jangan ketawa ketiwi..hihihi, sadar aja, klo ada kamera..

waaaa, ijo semua...kayak bunglon lagi nyamar aja... :D

huuuu, giliran ada pak ade, muka nya pada serius semua.. "pura-pura kerja itu mah, pak.."

neng, ati-ati kena gergaji..liatin pohonnya aja neng, jangan lirik-lirik kamera..

hayo lhoooo, bu sun cuma ngeliatin sely kerja doang...gabut yeeee??hehehhe

saatnya pulaaaanggg
sebenarnya masih banyak foto-foto yang lain, tapi berhubung hape ika kemarin ilang, yaaa, segini doang deh adanya..semoga membuat rindu sahabat kakao nya semakin menjadi-jadi... :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,

12 Februari 2012

Hari ini, 12 Februari 2012. Tepat pukul 9.00 Hp ku berbunyi. Reminder, 'My'...'My' bukan berarti kepunyaanku, ia adalah sebuah nama. Nama yang membuatku iri karna ibadanya. Nama yang membuatku terpacu untuk menyamainya. Nama yang membuatku tenang melihat keanggunannya. Nama yang bergelut dalam ingatanku sebagai sahabat. Tak banyak kata yang dapatku ucap. Tak satupun kado yang dapat ku kirim. Pun peluk hangat tanda bahagia. Hanya doa-doa cinta yang Insyaallah penuh keberkahan untuk dia yang tengah melangkahi umur 19 tahun.Untuk dia yang berlatih menjadi perempuan. Untuk dia yang belajar jadi wanita. Untuk dia, FEBRIA RAHMI..

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u