adalah kami berbeda, dari dulu. meski dari ibu dan ayah yang sama. bahkan dari ketika aku bisa mengingat masa kecilku,kami berbeda. wajah , sifat , apalagi hobi kami. sedikit dari yang ku ingat, perbedaan itulah yang membuat aku dan dia selalu bertengkar. aku yang dihasut teman-teman selalu memusuhi adikku sendiri. tidak pernah mengajaknya main ataupun membelikannya makanan.waktu itu, meski rasa bersalah melingkupi hatiku, tapi bibir ini tak pernah tergerak untuk minta maaf.
waktu berlari meninggalkan kisah kelam masa kecil kami. dia, tetap saja seputih salju, meskipun bandelnya minta ampun. 180 derajat berbeda dengan ku. ia lihai sekali memanjat pohon, bahkan pohon kelapa. ia paling betah mandi lama-lama di danau atau mengembara di hutan sebelah kampung. sungguh, ia bukan aku. aku hanyalah seorang gadis kecil hitam, kurus (satu-satu nya hal yang sama dari kami), cendrung lebih kalem. sifat ku dulu sungguh buruk. lebih mementingkan teman dari pada rengek nya. tak pernah membantunya belajar, karenaa aku sungguh kesal, setiap kali dia tak mengerti apa yang aku katakan. bukan saja pendapatku, lingkungan pun bicara begitu. ya, kami selalu dibanding-bandingkan.
ia SMP ketika itu, badannya mulai bergerak kesamping, tak sekurus yang dulu. ia tinggal di kosan yang sama dengan ku. berantem? ya, sekali-sekali, dan ia yang harus selalu mengalah. pulang sekolah, aku cukup duduk enak di depan tv, karena ada dia yang akan memasakkan nasi untukku. belajarku pun tak pernah terganggu karena di selalu ku usir dari kamar, setiap menjelang ujian. mungkin, tak ada kesempatan belajar baginya karena keegoisanku. hasilnya, dia dibanding-bandingkan lagi. nilai rafornya tak sebagus nilaiku.
akhirnya, kedewasaan itu mengampiriku. kedewasaan yang hampir setiap hari menyambangi rasa sesal di sudut hati ku yang paling dalam. perasaan bersalah pada dia yang selama ini ku sebut adik. sungguh, perasaan itu menghantui gerak langkahku, hingga bulir-bulir itu jatuh tak terbendung. ia sama sekali tak berubah. perhatiannya ketika ku sakit, pun ketika ku lupa memakai lotion anti nyamuk sebelum tidur. ia masih saja seperti yang dulu, menjadikan ku contoh dalam berpenampilan dan bersikap. aku sangat bahagia, ketika ia juga memutus kan untuk memakai jilbab lebar. ketika dia untuk pertama kali belajar menggunakan jilbab ganda, hasilnya sangat berantakan. tapi aku biarkan, hingga kini ia telah cukup lihai menggunakannya sendiri.
hari ini, sudah dua tahun aku pergi. ku akui, aku merindukannya. merindukan baju kembar kami yang dibelikan ibu setiap lebaran. merindukan masakannya yang enak. merindukan ia dengan jilbab lebarnya, satu-satunya contoh positif yang ku tinggalkan. kini, aku hanya mengetahui perkembangannya dari cerita ibu. ia telah berubah. demi mendapatkan beasiswa untuk kuliah, ia lebih giat belajar. nilai-nilainya tinggi, hingga ia pun jadi juara. dia, adikku yang kedua. adikku paling cantik sedunia.yang selama ini hidup dibawah tekanan kakaknya. hingga kini harus kembali berkorban, berjuang mendapatkan beasiswa, lantaran perekonomian yang tak memadai.
entah sampai kapan akan seperti ini, entah sampai kapan ia harus berkorban
maaf..
maaf..
maaf..
untuk dulu, kini dan nanti...
adikku sayang
ANDINI MUSTIKA SARI
ANDINI MUSTIKA SARI
huaaaa adiknya cantikkk....seenggaknya lebih gak serem dari kakaknya kalo lagi cemberut :P ;P ;P
BalasHapusiiihhh,,, abil gila..sedikit gak waras..masak ika yang baik gini diibilang serem?
BalasHapus