Langsung ke konten utama

tentang keluarga AGH 47

 statusku hari ini:
‎"175 kini...
susah, sangat, mengetahui kabar kalian satu persatu...
malah kadang aku yang egois, berjalan hanya dengan mereka-mereka saja...
bukan tak peduli, bukan tak sayang...
sungguh..
terselip salut untuk kalian yang sangat perhatian, untuk kalian yang membuka hati kita untuk menyatu..ditengah perbedaan cerita, jalan pikiran, gaya hidup, gelak tawa, juga susah sedih...
tetap lah berangkulan keluargaku, AGH47, jangan lepaskan tanganku, tangan saudara kita...."
 penat, jenuh, lelah dengan berbagai kegiatan belakangan ini, membuatku merasa sendiri. aku merasa jauh dari mereka, tertinggal kabar dan cerita. teman-teman itu, adalah keluarga ku bukan? 
iya, merekalah yang sama-sama merasakan panasnya matahari di kebun, mereka juga yang sama sibuknya dengan ku mengikuti serangkaian kuliah yang nyatanya memang berangkai. tak lupa, setumpuk laporan yang mengusik malam-malam untuk beristirahat.
duduk dikelas yag begitu luas dan panas. membuatku tak sanggup mengabsen mereka satu persatu. kadang tanpa ku tahu, ternyata ada yang sakit, ada yang tengah sedih, ada yang bahagia, ada yang ulang tahun.
syukurnya, meskipun hati mereka dan juga aku ,cenderung memilih teman dekat dan berkelompok, tapi kami masih bisa menyatu, melebur ketika bersama. terlebih ditengah isu yang tengah hangat dibahas yaitu Fieldtrip 48, MPD 48, juga Fielstrip KL lami yang dimajukan. 
tapi, rasanya selalu ada yang kurang. haruskah menyalahkan waktu yang memberikan sedikit kesempatan untuk bersama?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,

12 Februari 2012

Hari ini, 12 Februari 2012. Tepat pukul 9.00 Hp ku berbunyi. Reminder, 'My'...'My' bukan berarti kepunyaanku, ia adalah sebuah nama. Nama yang membuatku iri karna ibadanya. Nama yang membuatku terpacu untuk menyamainya. Nama yang membuatku tenang melihat keanggunannya. Nama yang bergelut dalam ingatanku sebagai sahabat. Tak banyak kata yang dapatku ucap. Tak satupun kado yang dapat ku kirim. Pun peluk hangat tanda bahagia. Hanya doa-doa cinta yang Insyaallah penuh keberkahan untuk dia yang tengah melangkahi umur 19 tahun.Untuk dia yang berlatih menjadi perempuan. Untuk dia yang belajar jadi wanita. Untuk dia, FEBRIA RAHMI..

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u