Langsung ke konten utama

Indahnya Mengenal...

dulu, tidak pernah terfikir oleh ku untuk mengetahui kehidupan orang lain.
tidak ada keinginan untuk menyimpan apa-apa yang mereka ceritakan.
tentang keluarga, sifat, perasaan atau kehidupannya.
aku anggap, aku 'cukup tahu', tanpa harus antusias memperhatikan.
saat itu, ku fikir, cerita hanya untuk disampaikan.
setelah detik itu berlalu, semua akan dilupakan.

tapi kini aku tahu,
setealah diajari oleh mereka.
tentang kekuatan mendengar, mengenal dan peduli.
setiap kali mengikuti sebuah kepanitiaan yang cukup penting, satu hal yang ditekankan adalah 'perkenalan'.
ketika untuk pertama kalinya aku bercerita tentang 'aku'..
cerita yang sebenarnya adalah jawaban dari pertanyaanku selama ini, yang kutemui saat itu, ketika aku pertama kali bercerita. seperti apa aku ini sebenarnya?

pertama, tentang keluarga. tahukah apa yang aku dapatkan?
gambaran kehidupan. pastinya..
bisa juga sifat kepribadian orang tersebut, latar belakang pendidikan, kehidupan ekonomi,dan banyak hal.
aku banyak terinspirasi dari kisah-kisah tentang keluarga, perjuangan, pengorbanan, kasih sayng kadang juga polemik.
dan selalu, tak tak pernah ku temui kata benci disana.

kedua perjalanan hidup.
sebuah masa yang kadang menyenangkan, tapi seringkali tak mengenakkan.
kenapa?
karena biasanya, dibalik kesuksesan, akan ada aral melitang yang  hadir menghalang perjalanan.
ketika sudah terlewati, ada suatu rasa yang tertinggal, 'KESAN'..
rasa itu yang seringkali menarik untuk disimak. keberanian, pengorbanan, kedewasaan.

impian.
rancangan masa depan yang indah..puncak dari segala pembalasan lelah.
setiap orang senang sekali bicara mimpi, menceritakannya seolah semakin dekat dengan kenyataan mimpi itu terwujud. ah, aku juga suka mendengar orang bercerita tentang impiannya. semangat itu, antusiame, keyakinan diri mengalir dengan indah dari lidah-lidah sang pemimpi...

LUAR BIASAA..hanya dengan mendengar, sedikit memahami, menyimpannya, mengingatnya, dan peduli pada nya. teman, keluarga, orang yang baru dikenal, bahkan musuh sekali pun, akan merasa diistimewakan.

Perasaan itu, Perasaan ketika saling mengenal...Alangkah Indahnya...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,

12 Februari 2012

Hari ini, 12 Februari 2012. Tepat pukul 9.00 Hp ku berbunyi. Reminder, 'My'...'My' bukan berarti kepunyaanku, ia adalah sebuah nama. Nama yang membuatku iri karna ibadanya. Nama yang membuatku terpacu untuk menyamainya. Nama yang membuatku tenang melihat keanggunannya. Nama yang bergelut dalam ingatanku sebagai sahabat. Tak banyak kata yang dapatku ucap. Tak satupun kado yang dapat ku kirim. Pun peluk hangat tanda bahagia. Hanya doa-doa cinta yang Insyaallah penuh keberkahan untuk dia yang tengah melangkahi umur 19 tahun.Untuk dia yang berlatih menjadi perempuan. Untuk dia yang belajar jadi wanita. Untuk dia, FEBRIA RAHMI..

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u