Langsung ke konten utama

Penentuan: 4 Februari yang bersejarah

apa saya adalah orang yang paling santai? ketika teman-teman telah rieweuh dengan topik skripsi yang harus diperebutkan sejak 2 minggu yang lalu, aku baru memikirkannya 2 hari yang lalu..huhuhuh

sebenarnya aku binngung, memproritaskan yang mana, dosen baik, komoditas disukai atau proyek dosen. jarang sekali ketiga faktor itu berjalan beriringan. kalaupun ada, pasti jadi rebutan.

akhirnya, aku putuskan untuk memilih tiga option
1. dosen: ibu faiza
    komoditas: benih kemangi
2. dosen: ibu ani
    komiditas: minyak atsiri
3. dosen: pak memen
    komoditas: benih kemiri sunan
hahah, ternyata saya tidak mengambil pemuliaan, dan artinya, saya tidak jadi breeder.

entahlah, itu pilihan yang saya tetapkan beberapa jam sebelum pemilihan. 4 Februari pukul 00.01..PENENTUAN.

saya sudah berusaha begadang, -hmm, biasanya juga tidur jam 1-
tapi karena saya sakit kepala yang sangat, saya butuh kekuatan besar untuk tidak menutup mata-tidur-.

H-10 menit, saya masih melihat jam ketika itu..
samar-samar saya dengar lagu dzikir anak dari sulis mengalun dari hp saya. saya kira itu telfon dari teman atau siapa lah..tapi ternyata, itu alarm...alarm yang membangunkan saya satu menit setelah pukul 00.00...huaaa, saya lihat email, SEND...hoaammm, alhamdulillah..terkirim tepat pukul 00.02
saya lihat FB, ternyata teman-teman sudah pada ngirim 00.01..ah, betapa berharganya waktu 1 menit itu..
saya teeringat,belum mengirimkan titipan mba ifa..buka manil lagi, SEND..oke, terkirim 00.05..

alhamdulillah..lega juga..tapi ups, tadi topik mana yang saya kirim? saya cek lagi email terkirim.
ah yaaa, ternyata topik benihnya bu faiza..insyaallah, ini yang terbaik. setelah saya lihat di fb, postingan teman-teman tentang topiknya, ternyata tidak ada yang milih bu faiza..oke, saya tak punya saingan... :)

detik-detik yang bersejarah dalam hidup saya. memilih topik skripsi itu ibarat memilih jodoh. kita yang melamar. diterima atau tidak, takdir  yang menentukan. kalau berjodoh, ya itu lah yang akan saya tekuni di akhir-akhir masa perkuliahan saya di IPB ini. tepat atau tidaknya, jodoh atau tidak, kita tunggu pemberitahuan selanjutnya..tanggal berapa? ah, saya lupa..

bismillahirrahmanirrahiim..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,

12 Februari 2012

Hari ini, 12 Februari 2012. Tepat pukul 9.00 Hp ku berbunyi. Reminder, 'My'...'My' bukan berarti kepunyaanku, ia adalah sebuah nama. Nama yang membuatku iri karna ibadanya. Nama yang membuatku terpacu untuk menyamainya. Nama yang membuatku tenang melihat keanggunannya. Nama yang bergelut dalam ingatanku sebagai sahabat. Tak banyak kata yang dapatku ucap. Tak satupun kado yang dapat ku kirim. Pun peluk hangat tanda bahagia. Hanya doa-doa cinta yang Insyaallah penuh keberkahan untuk dia yang tengah melangkahi umur 19 tahun.Untuk dia yang berlatih menjadi perempuan. Untuk dia yang belajar jadi wanita. Untuk dia, FEBRIA RAHMI..

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u