Langsung ke konten utama

394-Lorong 11- dalam Selimut Rinduku

Hmm, harusnya tulisan ini di bikin saat aku masih diizinkan tinggal di kamar 4x4 asrama TPB. Tapi tentu judulnya akan berbeda...mungkin, 'Anak-Anak Aneh dari Lorong Terpencil' atau 'Fenomena Memburu Tikkus di Asrama'... : D
Biarlah, sekarang aku emang lagi kangen berat ama mereka, yang hidup, tidur, makan, dan bernafas bersama ku dua tahun kemarin. sebenarnya, tidak banyak bukti2 tentang kehidupan kami karena, mm, apa ya? mungkin karena kami jarang bersama, jarang lengkap.. sepertinya dalam tulisan ini aku butuh tokoh, biar gampang nyeritainnya...sebut saja
nama: Bellen Nastitie Pamela Fury, -namanya panjang amat neng?-
panggilan: Bellen,
asal: Cimahi,
asli :Solo.
ciri2: tinggi, cantik, rajin belajar,-tapi malas bersih-bersih-
Yang menonjol dari seorang Bellen adalah ke-PD-an nya pake baju, sering tabrak warna n aneh-aneh...tapi karena bellen tu modis, jadinya selalu enak diliat...
Kerjanya dikamar, belajar, baca buku pelajaran, bikin ringkasan, ngafal, ngerjain tugas, bikin laporan dll pekerjaan sejenis itu...markasnya yaitu meja belajar atau tempat tidur yang berada diatasku-ceritanya, tempat tidurnya tingkat-...
Diantara penghuni 394 lainnya, mungkin sama bellen lah aku paling banyak menghabiskan waktu bersama. pasalnya, rumah kami jauh, sehingga gak memungkinkan untuk pulang sekali seminggu seperti dua teman lainnya. setahun itu, banyak hal yang kami lakukan bersama, mulai dari nyuci bareng, tidur bareng, makan bareng, ngobrol bareng-lha iya lah, masak ngobrol sendiri?-ngakak bareng, triak2 bareng, makan eskrim bareng, ampe nangis bareng...dia tu kayak adikku sendiri-meski badannya lebih besar dan tinggi-manja banget. paling sering nangis lantaran kangen ama mama n papa nya...hmm,ckckck, bayi banget...yah, jadilah aku yang sering ngehibur bellen..tapi adang-kadang aku juga ngebiarin dia nangis, paling cuma bisa ngasih tissue..
Beda sama bellen yang rajin belajar, aku tu tipe orang santai, SKS bangettt...sering kali bellen ngomel2 klo aku cuma tidur2an atau dengerin musik, sementara ujian udah mau deket..awalnya, omelan itu bisa bertahan, tapi belakangan, omelannya berkurang..hanya saja, diakhir-akhir masa kebersamaan  kami diasrama, bellen marah pada ku, mengungkapkan unek-unek...dia sebenarnya gak suka liat aku malas2an, nyantai banget pas ujian...dia bilang aku sombong... hmm, entahlah, aku merasa gak gitu kok,-ngebela diri-...
Tiap kali dia pulang ke bandung, mama pasti ngirimin oleh-oleh peyek teri untukku..hahha, udah kayak mama sendiri. terakhir kali kami di asrama, keluarga bellen ngajak aku makan diluar, huhuhu, aku diterima layaknya keluarga..

Pernah ya, suatu malam, aku lagi galau..Bellen juga lagi galau.. Kita diem...tapi karena canggung mau ngomong, diem2an kita berlanjut sampai tiga hari...Parah...
Masinng-masing kami memberikan pengaruh pada yang lain...Contohnya, narsis nya Bellen menular k aku, sedangkan hobby ku mendengar nasyid jadi nular ke Bellen...Hhmm, walaupun pertama denger nasyid, dia ngomel-ngomel dulu...
Memori yang terindah dari Bellen adalah ketika ada tikus yang gelitikin kepalanya waktu tidur...iiiiii, tikusnya kesengsem sama bellen..Besoknya, kita langsung bongkar kamar dan nguber-nguber tu tikus...Tapi bukannya mengejar tikus, kita malah teriak-teriak tiap tikusnya keliatan...Hahhha. Tante, Iin, Oma, Ruth, Bellen dan aku gak ada yang berani sama tikus...Akhirnya, kami terpaksa manggil bapak penjaga asrama...


yang kedua adalah

Nama: Dian Sidhikah
Panggilan: Oma
asal: Bogor
ciri-ciri: kurus, tinggi, putih n babyface
Oma, adalah anak yang lucu, suka bantuin ibu memasak, rajin menabung dan rajin belajar...hahha, gak segitu nya juga kaliiii...
Oma itu, orang paling jarang tinggal di asrama, maklum, kan orang bogor, bisa bolak balik..Oma itu, orangnya nrimoooo banget..Jarang banget protes tiap kali dia liat kamar berantakan. Oma itu ramah n gak pelit. Pokoknya kayak malaikat banget deh...Biasanya, kalau ujian, oma bakal nginap di asrama, Nah diisini lah waktu2 kebersamaan kami, belajar bareng, ngafalin bareng, n stress bareng. Tau lah, gilanya ujian di IPB..Nilai hanya d tentukan oleh ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Tak ada sistem mengulang untuk nilai C, gak ada tambahan nilai apa pun, jangan pernah berharap. Karena itulah, semangat SKS meningkat disaat-saat ujian.Saking semangatnya belajar, gak ada satu puun yang mau keluar untuk beli makan. Disaat-saat seperti ini, oma lah yang dengan rela hati pergi keluar untuk membelikan makan.

Yang paling menarik dari oma adalah lemari nya. Coba intip sedikit, yang terlihat paling beberapa helai baju n celana, satu buah ember pink,alat mandi n apa lagiiiii yaaa, bingung mau nyeutin apa lagi. Abisnya, kosong sih...


Oma suka becanda juga, gokil deh..jarang sih, tapi sekalinya becanda, bikin ngakak kita semua. tapi, seperiang apapun Oma, jarang sekali ia mau cerita tentang masalah pribadi. termasuk masalah cowok. pernah sih sekali, tapi itu pun setelah dipaksa-paksa dan aku juga udah curhat abis ama si Oma. ya, Oma tu enak banget dijadiin teman curhat. pendengar yang baik dehh...

Dari dulu, kami selalu berencana nginap di rumah oma, tapi sampai hari ini masih belum kesampaian.


yang ketiga adalah
nama: Ruth Africilia Imanuel Erta
panggilan: Ruth
asal: Jakarta
ciri-ciri: mandiri, gak cengeng, bertanggung jawab, rajiiiiiinnnn banget belajar. (oups, dari tadi disebutin, kayaknya temanku pada rajin semua, lha diriku?)

iya, pertama kali masuk ke kamar 394, aku langsung kenalan dengan ruth. melihat kamar yang kosong, mendapati teman baru dari jakarta lagi, rasa minderku muncul. aku lebih banyak diam.

beberapa hari selanjutnya, ruth gak muncul dikamar. ternyata, ruth kerja dulu untuk menghabiskan masa liburan. ya ampuunn, mandiri banget. malam pertama nginap diasrama, aku dan ruth ngobrol, ya, masalah perbedaan kami. semua sepakat. meski perbedaan itu ada, tapi sepertinnya gak akan jadi masalah.

waktu berlalu, ujian matrikulasi pun menghantui. seringkali ruth yang jadi tempat kami bertanya. abisnya, ujian ini muncul ketika homesick benar-benar mendera. asiiikkk kaaann??? dan tolong, jangan tanya masalah nilai, karna itu sensiiii sekalii...hehehehe

yang paling ku ingat dari iluth (panggilan sayang) adalah masa-masa bongkar-bongkar kamar. ruth adalah salah satu andalan lataran bisa dorong-dorong lemari. meskipun aku niat membantu, tapi kaya nya tu lemari gak mau gerak klo aku yang dorong...akhirnya, aku jadi tukang sapu atau sebagai penyemangat, oups, gabut banget ya?

eh,eh, ayo dihitung lagi, berapa kali coba kita ganti posisi kamar?? dan posisi manakah yang paling disukai?

jadi ingat deh, disuatu malam, ruth nangis. dan itu bikin geger, lantaran gak pernah sebelumnya ruth nangis sampai sesengukan gitu. dan sumpah, kita gak tau harus berbuat apa. bingung. malam itu dilewati dengan sebuah pertanyaan. kenapa?

o iya, klo ngomongin ruth, gak lengkap rasanya klo belum nyebut-nyebut kompor listrik yang ruth bawa. hehehe, alat andalan klo mau bikin mie itu biasa kami pake. tapi, pas ada isu penggrebekan di asrama, kami kelimpungan mencari tempat penyembunyian yang terbaik. hingga diputuskan, kompor itu klo gak salah disimpan dalam ember berisi baju kotor dan ditaruh di tempat pencucian. eeeehhh, ternyata penggrebekannya gak jadi. kabarnya sih karena GDA nya cuma satu n dak kuat ngebongkar satu asrama sendirian...yaaaaahhhh, penonton kecewa. lho?

disuatu waktu, pas ada acara agamanya ruth, ruth tampil beda. yang biasanya pake celana jins, baju dan sepatu ala mahasiswa IPB,'gak mencolok', tiba-tiba ruth pake gaun n pake make up. ya ampuuuuunnn, cantik banget. aku yang lagi tiduran jadi ikut melongo. hehehe, lebay.


oke, sekian dulu cerita ku tentang mereka yang sangat berkesan. jadi kangen euy. kapan ya kita bisa kumpul-kumpul lagi? apa perlu, kita ngumpulnya di 394?







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,

12 Februari 2012

Hari ini, 12 Februari 2012. Tepat pukul 9.00 Hp ku berbunyi. Reminder, 'My'...'My' bukan berarti kepunyaanku, ia adalah sebuah nama. Nama yang membuatku iri karna ibadanya. Nama yang membuatku terpacu untuk menyamainya. Nama yang membuatku tenang melihat keanggunannya. Nama yang bergelut dalam ingatanku sebagai sahabat. Tak banyak kata yang dapatku ucap. Tak satupun kado yang dapat ku kirim. Pun peluk hangat tanda bahagia. Hanya doa-doa cinta yang Insyaallah penuh keberkahan untuk dia yang tengah melangkahi umur 19 tahun.Untuk dia yang berlatih menjadi perempuan. Untuk dia yang belajar jadi wanita. Untuk dia, FEBRIA RAHMI..

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u