Langsung ke konten utama

Bukan Kembar...

setiap muslim itu bersaudara kan?
begitu juga aku dan dia. si cantik yang belakangan jadi sangat dekat denganku. wida, yang semula berarti wardah atau mawar, adalah namanya.
kedekatannya dengan ku bermula ketika kami menyaksikan festival nasyid. ya, karena nasyid,-kesamaan pertama yang kami miliki- kami menjadi akrab. belakangan, tanpa ku sadari, kebanyakan waktu ku dikampus pasti dihabiskan bersamanya. sehingga, banyak orang bilang kami kembar. katanya, dimana ada wida, disitu ada aku.

sebenarnya tidak kawan, kami bukan kembar. sifat kami juga bertoolak belakang, meskipunn ada juga yang sama. dia itu, jago banget dalam hal musik, sedangkan aku, lemot banget. dia itu, tangguh, jarang ngeluh, klo aku? jangan ditanya. aku, naik sepeda aja gak bisa, klo dia mengendarai motor juga jago. dia itu bendahara, aku sekretaris (gabut) :p..

persamaan yang paling menonjol dari kami adalah sama-sama kecil. yaaah, walaupun si eneng (panggilan sayang) lebih tinggi beberapa senti dan juga lebih berat beberapa kilo.tingkahnya sama-sama kekanak-kanakkan, suka berantem gak jelas, baweeeeellllll banget. tidak hanya itu saja, kami juga sama-sama mellllllooooowww, bisa nangis tanpa sebab, hanya inget dosa atau keluarga... heeeuuu, kadang-kadang gak memperhitungkan tempat. ahahhaha

mungkin yang awalnya gak deket, jadi deket plus dideket-deketin ama orang, membuat kami jadi deket banget, tanpa sadar, beberapa sifat ku menyatu dengannya. pernah juga beberapa kali kami berpakaian hampir mirip tanpa janjian terlebih dahulu. 



gak ketemu sehari aja udah rindu...(kayak orang pacaran aja..)

tapi sungguh, hal itu tak berarti apa-apa tanpa rasa sayang dan saling membutuhkan yang berusaha kami pupuk. pun tidak akan berbekas apa-apa kalau satu sama lain tidak membawa kebermanfaatan untuk yang lainnya.

aku selalu percaya, teman baik adalah cerminan dari diri kita...dan alhamdulillah, si eneng adalah teman baikku. jadi?
dan aku juga percaya, kebahagiaan itu bisa kita ciptakan..ayooo, berbahagialah...

meski kami bukan kembar, meski kadang kami berbeda, meski kami sering berantem, meski ada hal yang tak sepaham, tapi ku selalu berharap, Aku, Dia, Selamanya...

ingin rasanya berterima kasih untuk mereka yang telah menyuport hubungan ini..(halaaaaahhh)
abil yang gaje, udah serasa abang sendiri, selalu siap menghibur kegalauan, membantu dalam kesulitan.
mila yang anggun, kecil, tapi dewasa, jago makan dan siap menjadi teman yang menentramkan..
amloh yang sifatnya gak jauh beda, bulu mata lentik, dengan sikap layaknya budak leutik..
mba ifa yang jadi kakak tertua, paling bijaksana, berkepribadian, paling enak diajak curhat.
hastia yang lucuuuu, katanya selalu gemes sama kami..huhuhu, mungkin karena kecil kali ya...hahaha
bu sun yang rame..paling enak ngedengerin cerianya...
dan teman-teman lain yang bukannnya tanpa nama, tapi hanya tak tersebutkan satu-satu... :D

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,

12 Februari 2012

Hari ini, 12 Februari 2012. Tepat pukul 9.00 Hp ku berbunyi. Reminder, 'My'...'My' bukan berarti kepunyaanku, ia adalah sebuah nama. Nama yang membuatku iri karna ibadanya. Nama yang membuatku terpacu untuk menyamainya. Nama yang membuatku tenang melihat keanggunannya. Nama yang bergelut dalam ingatanku sebagai sahabat. Tak banyak kata yang dapatku ucap. Tak satupun kado yang dapat ku kirim. Pun peluk hangat tanda bahagia. Hanya doa-doa cinta yang Insyaallah penuh keberkahan untuk dia yang tengah melangkahi umur 19 tahun.Untuk dia yang berlatih menjadi perempuan. Untuk dia yang belajar jadi wanita. Untuk dia, FEBRIA RAHMI..

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u