Langsung ke konten utama

Tentang Menjalin Hubungan

BERAT.
kata pertama yang ada dalam kepala saya ketika diminta untuk dekat dengan orang lain pertama kali. Maaf, bukannya sombong, tapi begitulah. saya tidak pandai memulaai sebuah hubungan.
kata orang, pola nya gampang:
dekati, ajak kenalan, ngobrol umum, ngobrol pribadi -> akrab.
tapi tidak segampang itu, terutama untuk saya yang cendrung, mmm apa ya? pokoknya, saya selalu susah untuk dekat atau akrab dengan orang yang baru dikenal. bahkan untuk sekedar mengobrol. apalagi kalau saya tahu, orang itu hebat, keren, dan jauh diatas saya.

saya adalah orang yang tingkat ke-kepo-an nya tinggi. ketika saya penasaran dengan orang, maka saya akan fudulin dia dari berbagai sumber dan media. tentu saja secara sembunyi-sembunyi. kadang saya fikir, itu tindakan tidak sopan. tapi benar deh, rasa penasaran itu begitu kuat. dan dengan saya tahu orang itu seperti apa, kehidupannya bagaimana, sifatnya seperti apa, maka rasa empathy saya akan lebih tinggi. saya merasa dekat dengan orang itu, merasa kenal. bahkan saya merasa dia sudah seperti saudara saya sendiri. parahnya, kebanyakan bahkan tak kenal dengan saya.

di dunia nyata, saya sebenarnya termasuk orang yang berusaha mengingat wajah dan nama orang. saya tahu banyak nama teman-teman saya, meskipun kami belum pernah kenalan. bahkan kebanyakan belum pernah bertemu. sarana yang paling mendukung ya itu, fb dan blog.

minusnya, ketika sudah bertemu, saya tidak pernah menyapa orang-orang itu. untuk senyum juga susah. perasaan itu
takut responnya tidak positif, takut dia tidak kenal saya, takut saya di-kacang-in dll
hah, perasaan-perasaan negatif lagi.

entahlah, kadang saya sedih, saya takut memikirkan, betapa banyak orang yang tersakiti dengan tampang jutek saya. betapa banyak orang yang tidak suka dengan saya karena saya kurang ramah. atau malah mungkin ada orang-orang yang pertama bertemu saya sudah langsung tidak suka lantaran saya selalu membangun tembok pembatas, kadang menghindar, kadang mundur diam-diam dan lari kebelakang. bukan karena saya tak ingin punya teman. bukan karena saya tak ingin akrab. tapi karena saya merasa, minder..HA, itu dia KATA nya, minder...............

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,

12 Februari 2012

Hari ini, 12 Februari 2012. Tepat pukul 9.00 Hp ku berbunyi. Reminder, 'My'...'My' bukan berarti kepunyaanku, ia adalah sebuah nama. Nama yang membuatku iri karna ibadanya. Nama yang membuatku terpacu untuk menyamainya. Nama yang membuatku tenang melihat keanggunannya. Nama yang bergelut dalam ingatanku sebagai sahabat. Tak banyak kata yang dapatku ucap. Tak satupun kado yang dapat ku kirim. Pun peluk hangat tanda bahagia. Hanya doa-doa cinta yang Insyaallah penuh keberkahan untuk dia yang tengah melangkahi umur 19 tahun.Untuk dia yang berlatih menjadi perempuan. Untuk dia yang belajar jadi wanita. Untuk dia, FEBRIA RAHMI..

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u