Cinta?
Untuk perasaan yang satu ini, patut aku belajar dari mu. Belajar untuk mengerti seperti apa memilikinya, mempertanggungjawabkannya dan tentu menjaganya.
Katanya dulu, ketika aku masih belasan tahun (sekarang udah mau kepala dua), aku tak boleh main-main dengan perasaan ini. Segitu berbahayakah?
Dulu juga katanya, ketika aku masih hobi lari-lari, kejar-kejaran, aku tak kan mampu mengendalikan perasaan itu. Segitu liar kah?
Masih dulu, dulu sekali, ketika aku dengan terang-terangan berkata, " Ibu, aku suka...."..Ibu bilang, jangan dulu.
Ya, sekarang, aku bukan yang dulu. Aku bukan lagi cewek yang merengek-rengek mempertanyakan kenapa aku tak boleh pacaran. Memasang tampang iri ketika teman-teman memiliki pasangan. Aku yang lugu, tapi tetap patuh, menurut perintah.
TIDAK BOLEH PACARAN.
Puber. Masa kritis seseorang yang beranjak dewasa. Itu aku. Bersungut-sungut di belakang pintu karena tak diizinkan pergi main dengan teman laki-laki. Ayah ku dengan tegas berkata,
TAK BOLEH KEMANA-MANA.
Itu aku yang cemberut sepanjang hari karena tak diberi uang untuk pergi main.
SEPESER PUN TIDAK.
Itu juga aku, yang diam-diam sms-an didalam kamar, senyum-senyum sendiri mendapat balasan sms darinya. jangan kira ibu ku tak tau. Lantas kenapa tak ada teguran?
ITU AKU, DI USIAKU 17 TAHUN, DULU..
Kemudian, dikehidupanku berikutnya, silih berganti cerita cinta itu datang. Mulai dari dia, sahabatku dengan kisah pacaran semunya, juga dari mereka yang teman-temanku yang dikhianati pacarnya, dimanfaatkan lantas berkorban uang, harga diri bahkan perasaan.
Tapi tetap, satu yang istimewa, yaitu kisah ia yang tertutup perasaannya, ia yang terjaga dan menjaga cintanya, ia yang setia dan mengajariku kesetiaan. Dia, ibuku, yang tak mengizinkan ku pacaran, tapi tak pernah melarang ku jatuh cinta. Karena ia percaya, anak nya ini bisa, mengerti dengan sendirinya, mana cinta yang benar, mana cinta yang salah. Dan kini,
AKU TENGAH BELAJAR.
Larangan-larangan itu, kini ku mengerti, kini aku terima bahkan aku bersyukur mendapatkannya.
Patutlah ku ucap terima kasih, untuk:
Orang tuaku yang mengajarkan itu
dan semua berawal dari cinta.
pondok assalamah, dengan plang nama barunya..
langit yang berkabut cerah, dengan tingkah indah rintik hujan...dimasa-masa menjelang liburan...
Alhamdulillah...
dan semua berawal dari cinta.
pondok assalamah, dengan plang nama barunya..
langit yang berkabut cerah, dengan tingkah indah rintik hujan...dimasa-masa menjelang liburan...
Alhamdulillah...
subhanallah sekali, mbak.. ^^
BalasHapuswaaahh, sekar...makasih...ini sekar PTN kan?
BalasHapusassiiiiikk si tika.....cckkc subhanallah yaahhh
BalasHapuseehhh, si takbiratul ihram...apanya yang subhanallah...? ngledek yaaa???
BalasHapus