Langsung ke konten utama

^^ sakit ku adalah nikmat ^^

Lama juga gak nulis disini...Terhalang UAS kayaknya..atau karena emang lagi malas? Tapi, yaaa Bimilllah aja deh..
Kali ini bercerita tentang sakit..
Sakit??


Aku jadi ingat, ketika empat tahun lalu, tepatnya ketika aku tengah duduk di bangku SMA kelas 1, guruku bertanya, "Tika, coba sebutkan nikmat yang telah kamu dapatkan dari awal berangkat ke sekolah tadi!"
Spontan aku menjawab dengan muka polos ternganga, "Sakit, Pak..." mendengar jawabanku, teman-teman pada tertawa..Mungkin mereka menganggap aku menjawab pertanyaan itu dengan bercanda, karena hari itu aku memang lagi flu. Kemudian, dengan bijak, guruku menjelaskan, bahwa jawabanku itu benar.

Sakit, adalah salah satu nikmat. Dengan sakit, kita bisa mengerti nikmat sehat.. Coba saja kita terlahir sebagai manusia super yang tidak pernah sakit seperti Fir'un, mungkin kita akan congkak, lantas mengaku sebagai Tuhan. Ah, seandainya sakit itu tidak ada, mungkin kelenjar air mata tak akan berfungsi, kita tak pernah menangis, mungkin hati ini akan mengeras.
Selain itu, sakit juga nikmat karena ia adalah sarana penggugur dosa. Cukup dengan ikhlas, dosa kita akan berguguran disetiap deraan rasa sakit itu.

So, benarkah sakit itu nikmat?

Bahkan jika ternyata kamu di uji dengan TBC stadium 3?
atau mungkin penyakit jantung, Aritmia?

Bagaimana kalau ketika kamu sakit, tak ada teman yang menjaga, tak ada uang untuk berobat, tak ada makanan untuk dikonsumsi?

Masihkah, sakit itu nikmat??

Bu dokter pun bertanya, "Bukankah kamu wanita muslimah? Tau agama kan? Tau dong, kalau kewajiban kita menjaga amanah Allah? tubuh mu ini amanah, kenapa masih gak dijaga? makan gak teratur, minum air putih jarang, makan sayur dan buah cuma kalau ingat."

Ah, sakit. kami tak ingin menangis menghadapi mu. Kami pasti kuat, merubah anggapan, dirimu adalah nikmat. Nikmat bagi orang yang hidup. Nikmat, selagi sakit sakaratul maut itu belum menghampiri. Terlebih, ada mereka disini, yang selalu menemani, disetiap sakit yang kami rasa...

Nanti, ketika sembuh kembali memegang kendali, kan kami teriakkan

SAKIIIITTTT, KAU ADALAH NIKMAT TERINDAAAAHHH...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,

12 Februari 2012

Hari ini, 12 Februari 2012. Tepat pukul 9.00 Hp ku berbunyi. Reminder, 'My'...'My' bukan berarti kepunyaanku, ia adalah sebuah nama. Nama yang membuatku iri karna ibadanya. Nama yang membuatku terpacu untuk menyamainya. Nama yang membuatku tenang melihat keanggunannya. Nama yang bergelut dalam ingatanku sebagai sahabat. Tak banyak kata yang dapatku ucap. Tak satupun kado yang dapat ku kirim. Pun peluk hangat tanda bahagia. Hanya doa-doa cinta yang Insyaallah penuh keberkahan untuk dia yang tengah melangkahi umur 19 tahun.Untuk dia yang berlatih menjadi perempuan. Untuk dia yang belajar jadi wanita. Untuk dia, FEBRIA RAHMI..

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u