Langsung ke konten utama

setelah mengelilingi faperta......

Mau berbagi cerita nih..

Dimulai dari telfon yang masuk kemarin, dari Fuad, menejer Club Pecinta Kakao,'Sahabat Kakao'...Intinya mah, minta tolong temuin pak Ade, dosen pembimbing club, untuk mengambil surat perizinan fieldtrip ke Bandung. Oke, karena kebetulan aku juga hari ini kosong, aku terima permintaan itu.

Jam 8 teng-teng, aku udah berada di depan ruangan pak Ade. Eh, ruangannya kosong. Okelah, nunggu dulu. 41 menit kemudian, aku mulai gak betah, bapaknya belum nongol, di sms gak di bales. Akhirnya, datang juga satu sms yang ku tunggu, dari  pak Ade, memberitahukan kalau  beliau lagi ada acara jadi janjiannya di undur jam 9.45..

Sambil menarik nafas panjang, aku beranjak ke kosan...Kulanjutkan merajut hingga 1 jam kemudian, aku lupa waktu. Dengan berlari-lari aku kembali ke kampus. Mendapati kursi kosong didepan ruangan pak ade. Dan ternyata, ruangannya juga masih kosong. Aku tunggu lagi 40 menit. Waktu seolah bergerak perlahan. Lamaaaa banget. Bapaknya kemudian muncul dengan seorang kakak 45 yang menanyakan skripsinya. Masuk ke ruangan pak Ade, aku bingung karena bapaknya sibuk berdiskusi dengan si kakak. Setelah itu, barulah giliranku datanng. Pak Ade bilang, suratnya belum selesai di ketik, masih di bu Yulia. Aku diminta kembali ke kampus jam 1 untuk mengambil surat itu. Hmmm, aku balik lagi ke kosan, melanjutkan merajut.

Pukul 12.50 aku mulai berangkat ke kampus, menyempatkan diri dulu mengambil uang di ATM. Melangkah penuh harap agar urusan ini selesai. Tapi lagi-lagi, si bapak tidak di tempat. Aku harus menunggu lagi. Kini sambil mendengarkan musik dan memoto-moto taman faperta. Juga tersenyum pada dosen-dosen yang kebetulan melintas.
25 menit kemudian, pak Ade datang diikuti oleh beberapa kakak-kakak yang seperti nya juga menanyakan skripsi mereka. Pak Ade bilang, surat itu belum diambil di Komdik, jadi aku harus mengambilnya dulu lantas kembali untuk menyerahkan surat itu ke pak Ade setelah itu aku juga harus mengirimkan surat itu lewat Tiki.

Naik, satu lantai, aku setengah berlari menuju Komdik karena pak Ade katanya harus segera ke Baranangsiang. Di jalan, aku bertemu dengan pak Wasta, pak Agus, dan pak Subiyanto, Subhanallahnya, bapak-bapak itu tersenyum ke padaku, kemudian menyapa ramah. Waaaahhh, benar-benar dosen hebat. Baiiiikkkk banget, aku terkesan.

Sesampai diruangan bu Yulia, aku harus menunggu lagi lantaran ibu nya sedang istirahat. Disana, aku bertemu dengan kak Loreta, AGH 44 yang ingin mengurus skripsinya. Kita sempat cerita-cerita mengenai pengalaman si kakak. Oups, si ibunya datang. Aku yang belum pernah bertemu si ibu agak pangling. Segera aku menuju ke meja sekretariat menanyakan surat itu. Bu Yulia mengatakan kalau surat itu telah di letakkan di loker pak Ade. Yaaaahhh, gimana ini? Aku gak berani membuka loker si bapak. Ya udah, aku kembali ke ruangan pak Ade. Dan lagi-lagi, pak Ade tidak di tempat. Aku tunggu, 30 menit. sms yang aku kirimkan ke si bapak tidak kunjung di balas. Haaaaaahhhh, aku putuskan untuk berkeliling-keliling dulu hingga aku bertemu dengan kak Dito. Dari si kakak, aku tau kalau pak Ade ternyata udah pergi ke Baranang siang. Langsung saja, aku telfon pak Ade. Dan ternyata benar. Aku diminta lagi sama si bapak untuk kembali besok pagi.

Pertama, aku merasa kecewa, karena bapaknya tidak bisa ontime. Padahal, sebagai mahasiswa, saya selalu berusaha ontime, terlebih yang berurusan dengan dosen dan organisasi. Tapi ya sudahlah, toh yang butuh itu aku. Malahan, si bapak udah termasuk berbaik hati karena mau mangajak kami fieldtrip ke Bandung. Kata si bapak, itu sebagai bentuk terima kasih karena kami udah semangat mengurus kebun kakao...

Kedua, aku bangga. Aku bangga pada dosen-dosen dan staf-staf di departemenku yang begitu baik dan ramah. Aku tau, seharusnya, aku lah yang menyapa beliau-beliau itu terlebih dahulu. Tapi faktanya, aku lah yang di sapa dan disambut dengan senyuman. Makin betah di departemen ini, serasa dihargai layaknya keluarga. Ku cinta AGH dengan sepenuh hatiiiiiiii... :)

Ketiga, untuk Takbir n Fuad yang lagi jalan-jalan ke Yogya dengan alasan urusan omda, jangan lupa cari mobil untuk fieldtrip kita truuuuuusssss, jangan lupa OLEH-OLEHNYAAAAAA....

Komentar

  1. hahaha sabarrrr yah...
    btw ada apa dengan singa kecil nan unyu mirip diriku yang ada di pojok kiri bawah blogmu??? hhaha

    BalasHapus
  2. klo kamu singa, itu baru bener bir...tapi klo kamu singa yang unyuuuu, itu boong banhet biiiirrrrrr...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,

12 Februari 2012

Hari ini, 12 Februari 2012. Tepat pukul 9.00 Hp ku berbunyi. Reminder, 'My'...'My' bukan berarti kepunyaanku, ia adalah sebuah nama. Nama yang membuatku iri karna ibadanya. Nama yang membuatku terpacu untuk menyamainya. Nama yang membuatku tenang melihat keanggunannya. Nama yang bergelut dalam ingatanku sebagai sahabat. Tak banyak kata yang dapatku ucap. Tak satupun kado yang dapat ku kirim. Pun peluk hangat tanda bahagia. Hanya doa-doa cinta yang Insyaallah penuh keberkahan untuk dia yang tengah melangkahi umur 19 tahun.Untuk dia yang berlatih menjadi perempuan. Untuk dia yang belajar jadi wanita. Untuk dia, FEBRIA RAHMI..

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u