Langsung ke konten utama

Tangis Neng di Usia 20 Tahun

Malam ini,
dibawah rinai hujan
dilingkup langit pekat menumpahkan semua rasa yang kami belum pernah alami

entah apa itu namanya
ketika tangis itu pecah dibahuku
ketika hati ku begitu sakit mendengarnya
ketika penyesalan menuntut pembelaan
"kenapa malah membuatnya menangis??"
sungguh, tak ada maksud untuk membuatmu merasa bersalah
katakan lah, aku iseng mengerjaimu
anggaplah ini proses agar keakraban kita dapat dikenang
hitunglah, rasa itu adalah kado termegah dalam perjalanan ini

"bukankah air mata itu juga adalah tanda?
meski ia jarang hadir menyapa kebersamaan kita
bukankah air mata itu adalah kedamaian?
yang menghadirkan peluk erat terikat
membiarkan kita begitu larut , menyelami kesalahan
memahami kekurangan.
aku, ingin menangis lagi bersamamu, dalam ruang syahdu rindu"
# besok si neng udah berkepala dua juga
besok, dimulailah pertualangan kami menjalani hari dengan cerita yang mungkin tak lagi kekanak-kanakan..atau mungkin, umur tak mampu merebut gelak tawa, keceriaan yang selalu membuat kami bahagia?
karena bahagia kita itu dicipta, bukan diminta
iya kan neng?

berbahagialah sayang

untuk semua rasa yang neng punya

tersenyumlah cantik
untuk semua canda yang neng temui hari ini

bersyukurlah sahabatku
atas anugrah Allah yang tak pernah henti menemani hidup kita

*cinta neng karna Allah
sini, di-sun dulu....heeeee

ini lagi di JCC  :)

Di Kebun Kakao..huuuu, kangeeennn



makasih neng, udah mau jadi buffer dalam hidup ika

Komentar

  1. huaaa.. kalioan so sweet banget banget banget.... TTTT,TTTTT
    jadi iri... hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hmmm, anonim..siapa yaaa??
      namanya juga saudara, kan harus so swit, biar langgeng..heee

      Hapus
    2. oups, ika tauuuuu...anonim itu mba ifaaa yaaa??? mba ifa sayaaanggg.. :D

      Hapus
  2. hehehe...neng cantiiiik
    maicih yoooo
    mmmmuah mmuah...
    sayang neng karena Allah...
    #terharu

    BalasHapus
    Balasan
    1. aaf, gak bisa ngasih apa2 buat neng...gimana perasaannya jadi orang dewasa neng?

      Hapus
    2. loh ko maaf neng..udah doain aku aja aku seneng bgt neng, trus dimasakin makanan rasanyaaa seneeeeeng bgt...apalagi bareng kalian2..huhuhuh
      maicih yo neng cantik..
      umur tua blm menjamin dewasa..tp sepertinya aku udah dewasa dr kemaren2 deh..#jiah gubrak,,ha

      Hapus
  3. jiah...akhirnyoooo, dibilang cantik juga...hhahaha
    iya neng, dirimu kan tua sebelum waktunya kemarin itu..ups, salah..maksudnya, dewasa duluan.hee

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,

12 Februari 2012

Hari ini, 12 Februari 2012. Tepat pukul 9.00 Hp ku berbunyi. Reminder, 'My'...'My' bukan berarti kepunyaanku, ia adalah sebuah nama. Nama yang membuatku iri karna ibadanya. Nama yang membuatku terpacu untuk menyamainya. Nama yang membuatku tenang melihat keanggunannya. Nama yang bergelut dalam ingatanku sebagai sahabat. Tak banyak kata yang dapatku ucap. Tak satupun kado yang dapat ku kirim. Pun peluk hangat tanda bahagia. Hanya doa-doa cinta yang Insyaallah penuh keberkahan untuk dia yang tengah melangkahi umur 19 tahun.Untuk dia yang berlatih menjadi perempuan. Untuk dia yang belajar jadi wanita. Untuk dia, FEBRIA RAHMI..

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u