Langsung ke konten utama

Kilas Balik #Ketika Aku Menjadi Adik Part 2

sambungan yang kemarin itu lhooo..

cerita ketika aku telah berada di tingkat dua..ketika masih dianggap adik, meskipun sudah tidak di asrama, dan telah hadir mereka yang juga mencipta cerita di dimasa-masa bahagia.

aku sudah di departemen AGH, Fakultas Pertanian. disambut lagi oleh kakak-kakak yang luar biasa dalam MPD (Kak lia, kak ilham, dan kak amy)..ditambah kakak-kakak dalam MPF (Kak eka dan kak kiki). subhanallah..dari MPD, ku temukan arti sebuah keluarga, ku mengerti kenapa kami harus jadi petani, kudapatkan kisah-kisah seru sebagai agronomis dan hortikulturis. berkenalan dengan kakak-kakak yang luar biasa ramah, dalam rangkaian kegiatan yang setiap kalinya selalu berkesan. dimulai dengan pengenalan ladang dan lapang, diselingi jingkrak-jingkrak nyanyiin theme song karna harus minta tanda tangan panitia, juga krasak-krusuk menyelesaikan atribut-atribut, juga mulai menghafal nama-nama teman yang akan melangkah bersamaku menghadapi masa-masa menyenangkan ini. dan yang paling khas dari MPD AGH adalaaaahhh..nyebur di lumpur sawaaahhh...hahahha, yup,, di lungsur desa, kita mandi lumpur, dengan dalih salam senior, kita disuruh tiduran di luluk sawah, merasakan hangatnya pancaran matahari, hingga akhirnya di perbolehkan mandi di sungai...waaaaa, menyenangkan..

oke,saatnya beralih cerita ke MPF. Mungkin masa yang dihabiskan untuk MPF tidak sepanjang MPD, tapi dari sini lah aku belajar arti keteladanan. semua panitia, berusaha dengan perahan keringat agar suasana tetap kondusif meskipun dilain sisi kami dituntut untuk kritis, percaya diri dan patuh. dalam rangkaian ini lah, kepercayaan diriku untuk menulis muncul kembali, pasalnya aku terpilih menjadi juara puisi MPF 47. Begitu banyak hal positif yang aku panen dari acara ini, SAUNG TANI PINUS 47.

bahagia rasanya ketika Allah mempercayaiku untuk berkenalan dengan orang-orang luar biasa. mengenal pola pikirnya, cerita kehidupannya, ke shaleh dan shalehannya..dengan berbagai sikap dan kepribadian, koleris, plegmatis, sanguinis, dan melankolis..waaahh, sungguh menakjubkan..terlebih, karena semua itu disokong oleh kekurangan, keterbatasan dan juga ujian..
maka, nikmat tuhanmu yang mana kah yang engkau dustakan?
ketika untuk pertama kalinya aku tergabung di BEM Faperta, disatukan dengan ketua yang lucu dan pengertian, rezza mien nugraha, dengan tiwi yang rame dan seruuu, dengan kiki yang anggun dan dengan gusman yang sangaaaaaaaaaatttt rajiiiinnn..diayomi oleh BPH yang keren, kak luki, kak sigit, kak azka, kak ratih (emakku.. ), mba ifa dan wina..kenal dan dekat dengan 92 orang keluarga UNITY..melakukan agenda bersama, SKALA, SERI-A, FLC, IAC, OMI  dll. menangis dan tertawa adalah paket yang sama dalam setiap kepanitiaan, sehingga rasa itu bisa kami nikmati bersama..

pun dikelas, aku berinteraksi setiap harinya dengan orang-orang yang sangat beragam...dengan berbagai tingkah, pemahaman, aliran, latar belakang, bahkan mungkin tujuan hidup..subhanallah, ketika aku terlibat dalam bentrokan-bentrokan hati dan ide dengan mereka, namun sungguh aku tak pernah ingin perbedaan itu menjadi pedang yang akan merobek, menghancurkan ukhwah ini.

dan sekarang, sudah 5 semester aku di IPB, telah lumayan banyak yang aku ketahui, tapi lebih banyak lagi yang menjadi rahasia. ku bahagia, aku menikmat, berada diantara mereka, bertemu dan bercengkrama dengan mereka. orang-orang yang membuatku tahu, ternyata aku punya ini, ternyata aku bisa itu. dan mereka yang membuatku terus semangat untuk mempelajari hal baru..

#postingan yang tertunda, yang telah lama mendai draf di blog ini.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,

12 Februari 2012

Hari ini, 12 Februari 2012. Tepat pukul 9.00 Hp ku berbunyi. Reminder, 'My'...'My' bukan berarti kepunyaanku, ia adalah sebuah nama. Nama yang membuatku iri karna ibadanya. Nama yang membuatku terpacu untuk menyamainya. Nama yang membuatku tenang melihat keanggunannya. Nama yang bergelut dalam ingatanku sebagai sahabat. Tak banyak kata yang dapatku ucap. Tak satupun kado yang dapat ku kirim. Pun peluk hangat tanda bahagia. Hanya doa-doa cinta yang Insyaallah penuh keberkahan untuk dia yang tengah melangkahi umur 19 tahun.Untuk dia yang berlatih menjadi perempuan. Untuk dia yang belajar jadi wanita. Untuk dia, FEBRIA RAHMI..

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u