Langsung ke konten utama

ini tentang AGH-ku

hmm, bolehkah aku mengatakan ini adalah AGH-ku?

padahal, baru beberapa bulan terakhir ini aku mencoba mengenalnya...baru beberapa bulan ini aku mencari tahu tentang ia dan penghuninya..
ya, untuk saat ini, izinkanlah aku bicara seolah-olah ia adalah milikku seutuhnya...jangan ganggu atau meneriaki ku tak tahu diri...
dia adalah AGH -ku, tempat aku mempertaruhkan masa depan (benarkah?) ku lakukan kegiatan-kegiatan yang memang harusnya ku lakoni. mencabut gulma, mencangkul, menanam benih, bahkan panen pun sudah pernah ku kerjakan.. rasa memiliki itu semakin kuat..hingga ku sadari, rasa itu telah melalaikanku untuk memperhatikan 'bagian dalam' dari AGH-ku ini...karna nyatanya, aku terlalu berkutat dengan kebanggaan bahwa kulitku sudah semakin menghitam, menunjukkan aku bisa membawa pulang seikat dua ikat kangkung...
hingga aku lupa, berkenalan dengan penghuni yang lainnya...

mereka, sama seperti teman2ku di tahun pertama, adallah orang-orang asing, datang dari penjuru indonessia yang aku bahkan tak pernah mendengar nama daerah asalnya itu..beragam, dari sabang sampai merauke..tiap mereka, mewakili satu budaya, adat, tatacara, sudut pandang dan pemahaman..

awalnya aku merasa biasa-biasa saja dengan hal itu...menarik malah, bisa kenal dengan banyak orang, mengetahui begitu banyak perbedaan. tapi makin kesini, aku mulai menyadari, perbedaan itu kadang menyakitkan...(meski kata orang,perbedaan itulah yang bikin indah...) ya, kami berbeda, aku dan kamu gak sama... ini bukan hanya tentang warna kulit, asal daerah atau pun miskin kaya. ini tentang pandangan beragama..hal yang paling sensitif dalam hidupku..

aku tak akan marah, aku tak akan menghindar klo saja perbedaan itu tersimpan, untuk konsumsi sendiri. sungguh, aku tak menyalahkannya, tapi tolonng jangan hujat aku...aku baru belajar, belajar mengenal kalian...aku baru membuka mata, baru mencoba menyapa, beramah tamah katanya...
aku tak kuasa kalau kamu dan kamu menyuguhkan idealisme yang aku bahkan tak kuasa mencerna..

tapi biarlah, mungkin aku memang harus mengalah..

disuatu waktu,aku berharap masih tersedia pintu untukku masuk dalam kehidupan kalian...masih terucap sapaan hangat juga ucapan 'kita keluarga AGH'...Ah, indahnya masa itu, untuk sebuah awal dari perjalanan panjang, berteman cangkul dan kored, juga lumpur daan tanah...rasa haru melihat tanaman aku dan kamu berbunga, apalagi gelak tawa ketika massa panen itu tiba..Bismillah, keluarga AGH-ku akan jadi yang terbaik...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,

12 Februari 2012

Hari ini, 12 Februari 2012. Tepat pukul 9.00 Hp ku berbunyi. Reminder, 'My'...'My' bukan berarti kepunyaanku, ia adalah sebuah nama. Nama yang membuatku iri karna ibadanya. Nama yang membuatku terpacu untuk menyamainya. Nama yang membuatku tenang melihat keanggunannya. Nama yang bergelut dalam ingatanku sebagai sahabat. Tak banyak kata yang dapatku ucap. Tak satupun kado yang dapat ku kirim. Pun peluk hangat tanda bahagia. Hanya doa-doa cinta yang Insyaallah penuh keberkahan untuk dia yang tengah melangkahi umur 19 tahun.Untuk dia yang berlatih menjadi perempuan. Untuk dia yang belajar jadi wanita. Untuk dia, FEBRIA RAHMI..

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u