Langsung ke konten utama

kasihmu ibu




kini aku sudah dewasa ibu..ya, anakmu ini sebentar lagi berkepala dua ibu..
sudah 20 tahun, apa saja yang telah aku alami? menarik kah cerita masa kecilku? oh ibu, tolonglah..beritahu aku, sedikiiiiitt sajaaa...

kadang, dimalam-malam sunyi aku terjaga...merasa sepi, disini sangat sedikit sekali suara..bahkan suara jangkrik sekalipun...ibu, malam itu dingin...aku baru merasakannya setelah pelukan hangatmu tak lagi ku rasa..ibu, sangat jarang bisa ku dengar suaramu, masalah sinyalkah? atau ibu tak punya pulsa? ya, hidup kita memang selalu begitu kan??

mungkin ibu memang tak akan mau bercerita...karena pasti cerita itu bukan bagian dari kebahagiaan..
tapi ibu, disini akan ku bagi sedikit kenangan bersama ibu, tentu sejak aku mulai bisa mengingat..

aku lahir dalam keadaan yang begitu lemah, kecil, bahkan bobotku saja hanya 2kg lebih sedikit. begitu yang aku pernah dengar. saat itu, ibu begitu khawatir, semua makanan yang bergizi ibu konsumsi, susu, sayur, ikan, daging, ah, apalagi bu? pokoknya, semua ibu lakukan agar aku bisa meminum air susu yang terbaik..agar anak ibu ini tetap bisa sehat. tapi aku penyakitan bu, tiap malam membangunkan mu dari tidur yang sering tak lelap, menangis, tak berhenti hingga fajar menyingsing. ah ibu, andai saat itu aku tahu kalau ibu belum tidur, tenntu akan ku kurangi rewelku...kenapa ibu tak bilang? aku tak tahu ibu, karena tak pernah terlontar keluh dari bibir mu itu..

menapaki masa kanak-kanak, aku masih tetap penyakitan..terbaring lemah ditempat tidur...kalau pun aku bermain, aku lebih banyak diam...aku pemalu kan bu? tidak seperti anak-anak yang lain yang membuat orang gemas, aku pasif. tapi ibu selalu bangga. ibu yang selalu bilang kalau aku anak ibu yang cantik...padahal ku tau ibu, aku tak seperti itu...

ketika ku memasuki usia sekolah, keuangan kita memburuk...krisis moneter ya bu? padahal saat itu kita tengah membangun rumah...aku, anak yang tak tau diri ini, lebih memilih main ketimbang membantumu ibu...ya, aku kabur ketika disuruh ayah mengangkat air..o, aku bandel  sekali...ibu marah, tentu, tapi tak pernah main tangan padaku...hanya sekali ibu memukulku, lantaran aku main sama orang yang gak bener...hanya sekali...dan akan ku ingat selamanya, terutama nasehatmu ibu.."sebelum melakukan apa-apa, pikirkan dulu akibatnya, biar ika gak menyesal..."

begitulah, tapi beranjak SD, aku tetap saja tak tau kata bersyukur.. dikasih uang jajan 100, minta 200..ku tau ibu, sangat susah mendapatkan uang waktu itu, terlebih, kita hanya bertumpu pada pendapatan ayah...tapi, setiap pulang dari pasar, ibu tak pernah lupa membelikan ku jajanan. biar aku tak iri melihat teman-temanku, begitu kata ibu..ya, sesulit apapun hidup ibu, ibu selalu berusaha membahagiakan kami.. kalu ada mangga, walau sebuah, bagian yang dekat ulat lah yang ibu makan, daging buah yang enak selalu ibu berikan untuk kami...kalau kita makan bakso, ibu hanya akan makan kuahnya saja...daging dan mie nya ibu berikan pada kami...juga ketika tak ada lauk lagi untuk makan kita, ibu belikan kami kerupuk, sedangkan ibu, hanya makan pakai garam...ah ibu, aku selallu meneteskan air mata dibagian ini...tak mungkin tidak...

pun ketika aku beranjak remaja..ibu selalu mengawasiku..menanyakan perkembangan pelajaranku pada guru yang ibu kenal...ibu yang tak pernah mengizinkanku menginap ditempat orang..ibu yang tak pernah mengizinkan ku pergi jalan-jalan bersama teman, ibu yang menasehatiku untuk hati-hati pada cinta remaja...bahkan ibu melarang keras aku untuk pacaran..dulu aku protes bu, aku tak terima..aku merasa seolah ibu mengekang hidupku...tapi kini ku tahu, kalau bukan karena larangn ibu, mungkin aku tak kan pernah menginjakkan kaki di kota hujan ini...

cerita ini belum selesai bu...masih panjang, sangaaaaaaaaaaaaattt panjaaaanggg...karena kasih mu, tak peernah henti menemani hidupku....karena aku, masih saja merepotkan mu, hingga kini, saat ini...tapi bu, aku sudah tak sanggup...air mata ku terus menetes...aku kesulitan untuk mengetik...
padahal, sungguh bu, masih banyak yang ingin aku bagi...tentang ibuku...tentang ibu yang memapah anak gadisnya pulang lantaran tak kuat menahan panas ketika turun kesawah...padahal waktu itu, aku hanya duduk dibawah pohon, tak membantu ibu menugal jagung...kini ibu, aku tak selemah dulu lagi...aku sudah bisa mencangkul...aku bisa menugal jagung..ku lakukan itu sepenuh hati...karna ku tau ibu, penyakit yang engkau derita kini adalah buah kerja keras mu mencangkul sawah, mengangkat balok kayu, juga begadang menyalai bada...demi menyekolahkan kami...demi merubah nasib..agar aku tak pernah merasakan apa yang ibu rasakan...agar aku tak pernah makan beras sisa seperti ibu...juga agar aku bisa memakai baju bagus...dan mendidik anak-anakku kelak dengan kesempurnaan seorang ibu...

ah ibu, terima kasih telah mengajariku tentang arti kelembutan, tentang arti pengorbanan, tentang rasa betapa berharganya menjadi seorang wanita...

maaf, maaf, maaf, karena hingga saat ini belum satu kali pun ku mampu membuatmu bangga ataupun bahagia...


setelah hujan,
Bogor, 20:42

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,

12 Februari 2012

Hari ini, 12 Februari 2012. Tepat pukul 9.00 Hp ku berbunyi. Reminder, 'My'...'My' bukan berarti kepunyaanku, ia adalah sebuah nama. Nama yang membuatku iri karna ibadanya. Nama yang membuatku terpacu untuk menyamainya. Nama yang membuatku tenang melihat keanggunannya. Nama yang bergelut dalam ingatanku sebagai sahabat. Tak banyak kata yang dapatku ucap. Tak satupun kado yang dapat ku kirim. Pun peluk hangat tanda bahagia. Hanya doa-doa cinta yang Insyaallah penuh keberkahan untuk dia yang tengah melangkahi umur 19 tahun.Untuk dia yang berlatih menjadi perempuan. Untuk dia yang belajar jadi wanita. Untuk dia, FEBRIA RAHMI..

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u