Pernah aku berfikir, ada yang salah dengan diriku.
Ceritaku tak seindah orang lain, tak mampu menggugah rasa atau mengembangkan senyum dibibir pembaca.
Aku hanya membayangkan, tanpa mampu mengungkapkan. Kadang interpretasi dari itu semua adalah kesalahan. Hanya mampu aku pikirkan dan ku nikmati sendiri.
Aku tau aku payah, berlagak seperti seorang cerpenis kehidupan, yang paling pandai merangkai kata. Itu tidak benar. Kalau pun aku ajari dia untuk menulis, aku semangati keinginannya, bukan karena aku lebih. Tapi karena aku ingin tahu. Seberapa besar aku mampu berperan dalam kehidupan orang lain..
Senang rasanya membaca karya-karya generasi muda yang isinya kritis, cerdas dan menginspirasi. Atau bahkan, mampu merubah hidup, baik kehidupannya ataupun kehidupan dunia. Tulisan yang ditulis dengan sepenuh hati. Seperti kata guruku di FLP, "menulis itu adalah tentang kejujuran. Kejujuran menyampaikan ide, kejujuran mempertanggungjawabkan daya nalar, kejujuran dalam membagi pengetahuan dan rasa". Banyak kandungan positif dari menulis, itupun kalau mau jujur.
Hingga saat ini, aku dan beberapa diantara mereka masih merasa minder untuk menulis. Padahal katanya, kata kak Zaki, ketua FLP Bogor, "menulis itu tak semudah membalikkan telapak tangan, tapi juga tak sesulit membalikkn telapak kaki". Intinya sih, aksi. Coba dulu.
Dulu, aku tak mengerti, apa itu puisi. Aku juga tak peduli, bagaimana membuat karya tulis. Aku hanya selalu berusaha menuliskan apa yang kurasa, hingga terciptalah sebuah diary. Langkah awalnya memang sederhana.
Tak jarang, aku merasa kehilangan ide, aku kehabisan kata-kata. Aku tak sanggup mengembangkan imajinasi. Lantas berkata, 'Sungguh, aku ini amatiran yang tak berbakat'. Terus apa? banyak cerita yang aku tahan ditengah jalan, tak ku beri penyelesaian. Kini pun, rasanya aku sudah tak punya hasrat untuk melanjutkannya. Mungkin feel nya hanya datang sesaat. Tapi tak apa, toh, aku kan udah mencoba. Meski sayangnya, apa yang aku tulis, tak pernah utuh, tak bisa dinikamati. Lalu, buat apa aku menulis? Hingga saat ini, baru satu alasan yang kutemui, 'karena aku ingin'..
Kisah ku mungkin tidak seindah kisah mereka, juga tak mampu menggugah rasa sang pembaca. Tapi ini aku, yang tengah belajar merangkai kata, menyipta sebuah karya. Tak bermakna mungkin, tapi ini nyata.
SELAMAT MENULIS... ^_^
Ceritaku tak seindah orang lain, tak mampu menggugah rasa atau mengembangkan senyum dibibir pembaca.
Aku hanya membayangkan, tanpa mampu mengungkapkan. Kadang interpretasi dari itu semua adalah kesalahan. Hanya mampu aku pikirkan dan ku nikmati sendiri.
Aku tau aku payah, berlagak seperti seorang cerpenis kehidupan, yang paling pandai merangkai kata. Itu tidak benar. Kalau pun aku ajari dia untuk menulis, aku semangati keinginannya, bukan karena aku lebih. Tapi karena aku ingin tahu. Seberapa besar aku mampu berperan dalam kehidupan orang lain..
Senang rasanya membaca karya-karya generasi muda yang isinya kritis, cerdas dan menginspirasi. Atau bahkan, mampu merubah hidup, baik kehidupannya ataupun kehidupan dunia. Tulisan yang ditulis dengan sepenuh hati. Seperti kata guruku di FLP, "menulis itu adalah tentang kejujuran. Kejujuran menyampaikan ide, kejujuran mempertanggungjawabkan daya nalar, kejujuran dalam membagi pengetahuan dan rasa". Banyak kandungan positif dari menulis, itupun kalau mau jujur.
Hingga saat ini, aku dan beberapa diantara mereka masih merasa minder untuk menulis. Padahal katanya, kata kak Zaki, ketua FLP Bogor, "menulis itu tak semudah membalikkan telapak tangan, tapi juga tak sesulit membalikkn telapak kaki". Intinya sih, aksi. Coba dulu.
Dulu, aku tak mengerti, apa itu puisi. Aku juga tak peduli, bagaimana membuat karya tulis. Aku hanya selalu berusaha menuliskan apa yang kurasa, hingga terciptalah sebuah diary. Langkah awalnya memang sederhana.
Tak jarang, aku merasa kehilangan ide, aku kehabisan kata-kata. Aku tak sanggup mengembangkan imajinasi. Lantas berkata, 'Sungguh, aku ini amatiran yang tak berbakat'. Terus apa? banyak cerita yang aku tahan ditengah jalan, tak ku beri penyelesaian. Kini pun, rasanya aku sudah tak punya hasrat untuk melanjutkannya. Mungkin feel nya hanya datang sesaat. Tapi tak apa, toh, aku kan udah mencoba. Meski sayangnya, apa yang aku tulis, tak pernah utuh, tak bisa dinikamati. Lalu, buat apa aku menulis? Hingga saat ini, baru satu alasan yang kutemui, 'karena aku ingin'..
Kisah ku mungkin tidak seindah kisah mereka, juga tak mampu menggugah rasa sang pembaca. Tapi ini aku, yang tengah belajar merangkai kata, menyipta sebuah karya. Tak bermakna mungkin, tapi ini nyata.
SELAMAT MENULIS... ^_^
yg penting banyak membaca dan istiqomah menulis :) insya Allah akan berkembang... dan tiap org pny brandny msg2 :) ada yg kritis, jenaka, syahdu, dll.. smgt! :)
BalasHapusika blm dapat karakter tulisannya mba...masih asal...
BalasHapuskayaknya perlu belajar nih dari ibu guru mulki...
"...saya hanya seorang wanita yang melankolis. paling senang menyendiri dikala sore hari.terlebih setelah hujan, mengintip matahari tenggelam dari sela-sela daun cemara..."
BalasHapuspetikan perkenalanmu di atas aku kira cukup indah, cukup membuat orang berimajinasi menjadi dirimu, dan aku juga yakin kau hanya terhalang kapercayaan diri untuk berkarya. aku pikir kau juga seorang penulis hebat pada masanya nanti. semangat!
salam kenal, aku idham.