Langsung ke konten utama

aku gadis minang

subhanallah, kesabaranku benar-benar di uji kali ini..bagaimana tidak, janjian jam 13.00, tapi sampai jam 14.10 baru satu orang yang datang. hmmm, kesal, bosan n banyak perasaan negatif mulai berdatangan...aaahhh, mending nulis aja deh... tapi tentang apa ya????

oke,jadi ceritanya kali ini tu tentang sukuku...(ngerti gak maksudnya?)
iya, jadi tu, aku nih orang minang, Sumatera Barat..tapi tolong dibedakan antara orang minang dan orang padang ya.. orang minang itu belum tentu orang Sumatera Barat, dan orang Sumatera Barat juga belum tentu orang Minang...kenapa? karena untuk jadi orang minang, harus ada beberapa syarat yang mesti dipenuhi. pertama dan utama adalah dia harus beragama Islam. ya, karena dasar budaya minang adalah Al-Quran seperti yang tertuang dalam pepatah, adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah...(adat bersendi agama, agama bersendi alquran)

banyak bangeet dari adat minang yang belum aku pahami sepenuhnya, mungkin lantaran minat generasi muda seperti ku udah mulai berkurang terhadap adat istiadat. mulai dari pencak silatnya(silek tuo), olahraganya(sipak rago), kebiasaannya(laki-laki lalok di mushalla), petatah petitihnya( pantun pasambahan) tariannya, nyanyiannya,tatakramanya, kekerabatannya,birokrasinya, makanannya dan masih banyak lagi...padahal, seharusnya aku sudah belajar memahami tentang budaya  luhur ini. pasalnya, dalam adat minang itu sendiri, perempuan mempunyai peranan besar, bahkan gadis minang pun benar benar di jaga dan dippelihara sebaik-baiknya agar tak cacat.

"bak padi siranik jintan
putiah kambang bak bijo limau
harum sataun palayaran

sauleh bareh di tanak, kanyang lah urang tigo luhak

kok paneh lingkuik-loingkuikkan
kok hujan kaka-kaka kan
sacotok pantang kok di ayam"
(artinya, tanya aja ama orang minang)

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah dengan IPB? (versi tidak serius)

selasa siang, pukul 13.00 kuliah Ilmu Tanaman Pangan pun dimulai. bu Desta membuka laptopnya dan menjelaskan apa saja tanaman pangan di Indonesia. menarik? tentu saja, buktinya aku gak ngantuk atau mencoba untuk ngantuk. 15 menit. buku-buku mulai berayun konstan, menjadi kipas yang diharap memancarkan udara segar. ruangan yang lumayan besar ini memang penuh berisi orang. tentu saja, tiap-tiap mereka mengeluarkan panas tubuhnya. jadilah, suasana semakin panas. sebenarnya aku yang duduk nomor dua dari depan tidak terlalu merasa gerah, hanya saja, ketika bu Desta mulai angkat suara tentang kondisi ruangan, aku pun jadi ikut gelisah, merasa tak nyaman. 'tolong sebutkan dong, kekurangan apa yang kalian rasakan tentang IPB?' semula, teman-teman yang kurasa udah pada ketiduran spontan menjawab. ada yang bilang,'IPB jauh dari mana-mana bu', 'IPB bangunannya jelek', 'IPB itu kotor bu', 'di IPB susah dapat nilai bagus bu',' kuliah di IPB panas,

12 Februari 2012

Hari ini, 12 Februari 2012. Tepat pukul 9.00 Hp ku berbunyi. Reminder, 'My'...'My' bukan berarti kepunyaanku, ia adalah sebuah nama. Nama yang membuatku iri karna ibadanya. Nama yang membuatku terpacu untuk menyamainya. Nama yang membuatku tenang melihat keanggunannya. Nama yang bergelut dalam ingatanku sebagai sahabat. Tak banyak kata yang dapatku ucap. Tak satupun kado yang dapat ku kirim. Pun peluk hangat tanda bahagia. Hanya doa-doa cinta yang Insyaallah penuh keberkahan untuk dia yang tengah melangkahi umur 19 tahun.Untuk dia yang berlatih menjadi perempuan. Untuk dia yang belajar jadi wanita. Untuk dia, FEBRIA RAHMI..

Perpisahan Embun dan Daun

Sepagi ini, telah ku dengar tangis rerumputan di halaman depan. Ini pasti tentang perpisahan. Lagi-lagi, sang Embun harus melambaikan tangan. Mengucapkan salam. Berlalu seiring waktu, mengantarkan mentari menghangatkan bumi. Sudah kukatakan. Begitulah yang terjadi, berkali-kali, disetiap pagi. Perpisahan Embun dan Daun, pada akhirnya akan berakhir sama. Ketika malam semakin matang, dingin menjalari tiap sudut udara, tetes-tetes air itu menjelma begitu manisnya, menghias ranting, menghias rumput, menghijau bersama daun.  Pertemuan yang singkat, akan segera berakhir, pada kekagumanku yang kesekiankalinya. Tapi tahukah? Meski berpisah adalah kepastian, tapi rumput, daun dan ranting memilih tak bergeming. Mereka terus setia mengeja doa, doa yanga sama dilantunkan setiap harinya. 'Bertemu embun di ujung daun'. Dan kristal pagi itu pun pergi. Maka aku, kembali menyaksikan, tangis pilu rumput di halaman.Ia ikhlas, hanya berharap hari cepat berlalu. Menghitung detik u